Ilustrasi Ketenangan dan Petunjuk Ilahi SVG bergaya minimalis menunjukkan jalur cahaya menembus awan gelap menuju keindahan dan ketenangan.

Tafsir Surat Az-Zumar Ayat 22 dan 23

Surat Az-Zumar, yang berarti "Golongan-Golongan," adalah surat ke-39 dalam Al-Qur'an yang kaya akan tema tauhid, pertanggungjawaban di hari kiamat, dan perbedaan nasib manusia berdasarkan amal perbuatannya di dunia. Dua ayat krusial, ayat 22 dan 23, memberikan kontras yang tajam antara keadaan orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan orang-orang yang berpaling darinya.

Teks dan Terjemahan Ayat

أَفَمَنْ شُرِحَ صَدْرُهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۖ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَحَبَّ الْعَمَىٰ عَنِ النَّارِ ۖ وَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

(22) Maka apakah orang yang dibukakan hatinya untuk (menerima) Islam sehingga dia berada dalam cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya tertutup)? Maka celakalah mereka yang hatinya membatu karena mengingat Allah. Mereka itulah dalam kesesatan yang nyata.

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

(23) Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Kitab (Al-Qur'an) yang serupa (dalam kebenaran dan keindahan) antara satu dengan yang lain, yang mengulang-ulang (ayat-ayatnya), yang karenanya gemetar kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka setelah mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia menunjuki siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.

Konteks dan Penjelasan Mendalam

Perbandingan Keadaan Spiritual (Ayat 22)

Ayat 22 memulai dengan pertanyaan retoris yang kuat: "Maka apakah orang yang dibukakan hatinya untuk (menerima) Islam..." Pertanyaan ini bertujuan menekankan perbedaan mendasar antara dua kondisi spiritual manusia. Seseorang yang hatinya dilapangkan Allah SWT untuk menerima Islam berada dalam "nūr min Rabbih" (cahaya dari Tuhannya). Cahaya ini adalah pemahaman sejati, keyakinan yang kokoh, dan petunjuk yang jelas.

Kontrasnya adalah dengan orang yang hatinya tertutup atau keras ('amā - buta). Mereka yang memilih kebutaan spiritual, meskipun petunjuk telah datang, akan menghadapi konsekuensi serius. "Celakalah mereka yang hatinya membatu karena mengingat Allah." Hati yang membatu (qāsiyatu qulūbuhum) adalah hati yang menolak menerima kebenaran, bahkan ketika diperingatkan melalui peringatan ilahi. Kondisi ini adalah kesesatan yang nyata (ḍalālin mubīn) karena mereka telah menolak sumber cahaya.

Sifat Agung Al-Qur'an (Ayat 23)

Ayat 23 kemudian menjelaskan mengapa Islam adalah cahaya tersebut, yaitu melalui Al-Qur'an. Allah SWT menegaskan bahwa Dia telah menurunkan "aḥsanal-ḥadīth" (perkataan yang paling baik). Al-Qur'an memiliki beberapa sifat unggul:

Dampak ayat-ayat ini sangat mendalam bagi orang yang beriman. Mereka yang takut akan keagungan Allah (yakhshawna Rabbahum) akan merasakan reaksi fisik: "gemetar kulit mereka" (taqsha'irru minhā julūd), yang menunjukkan ketakutan dan rasa hormat yang mendalam saat mendengar ancaman atau janji ilahi.

Namun, getaran ketakutan itu segera diikuti oleh ketenangan: "kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka setelah mengingat Allah." Ini adalah paradoks keindahan iman; ketakutan yang sehat akan hukuman berubah menjadi ketenteraman yang diperoleh dari kedekatan dengan Sang Pencipta. Al-Qur'an adalah sumber ketenangan sejati.

Ayat ini diakhiri dengan penegasan bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk dari Allah, dan bahwa siapa pun yang Dia kehendaki akan menerima petunjuk itu. Sebaliknya, bagi mereka yang telah ditetapkan Allah berada dalam kesesatan (karena pilihan mereka sendiri untuk menolak petunjuk), tidak akan ada pemberi petunjuk lain yang berhasil.

Refleksi Spiritual

Ayat 22 dan 23 Az-Zumar berfungsi sebagai pengingat bahwa iman bukanlah sekadar klaim lisan, melainkan kondisi internal yang dialami hati. Hati yang lapang adalah hati yang menerima kebenaran tanpa prasangka, membuahkan cahaya pemahaman. Sementara itu, Al-Qur'an adalah sarana utama untuk mencapai kondisi hati tersebut. Meresapi ayat-ayatnya secara mendalam harus menghasilkan rasa takut yang membawa kepada ketenangan dan kepasrahan total kepada Allah SWT, menyadari bahwa hidayah sejati datang hanya dari-Nya.

🏠 Homepage