Ayam Kedu, ayam asli dari daerah Kedu, Jawa Tengah, kian populer di kalangan peternak modern. Bukan hanya karena keunikan fisiknya yang serba hitam legam—mulai dari bulu, kulit, daging, hingga tulang—ayam ini juga dikenal memiliki daya tahan tubuh yang baik serta kualitas daging yang dianggap lebih gurih. Bagi Anda yang tertarik memulai usaha peternakan dengan potensi pasar premium, memahami dasar-dasar ternak ayam kedu adalah langkah awal yang krusial.
Keistimewaan utama Ayam Kedu terletak pada kondisi fibromelanosis yang membuatnya tampak hitam total. Meskipun sering disamakan dengan Ayam Cemani, Ayam Kedu umumnya memiliki postur sedikit lebih besar dan beberapa varietasnya masih memiliki area daging putih (meski sangat minim). Nilai jualnya tinggi, terutama untuk keperluan ritual adat, pengobatan tradisional, atau sebagai ayam hias bernilai seni.
Potensi pasar ini menuntut kualitas produk yang konsisten. Oleh karena itu, manajemen pemeliharaan harus dilakukan secara profesional, mulai dari pemilihan bibit, manajemen kandang, hingga penanganan pasca-panen.
Kualitas bibit sangat menentukan keberhasilan. Pastikan Anda mendapatkan DOC (Day Old Chick) atau ayam dara dari penetas yang terpercaya. Ciri bibit yang baik antara lain:
Meskipun ayam Kedu relatif tahan banting, sanitasi dan kenyamanan kandang tetap menjadi prioritas. Sistem kandang yang umum digunakan adalah sistem panggung atau semi-intensif.
Untuk ternak ayam kedu, pastikan sirkulasi udara baik namun terhindar dari angin langsung yang dapat menyebabkan stres atau penyakit pernapasan. Lantai kandang (litter) harus dijaga agar tetap kering. Kepadatan kandang tidak boleh terlalu tinggi untuk mencegah saling patuk dan penyebaran penyakit. Jarak ideal antar ayam harus diperhitungkan berdasarkan umur mereka.
Pakan adalah komponen biaya terbesar dalam beternak. Untuk ayam Kedu, terutama yang dipelihara untuk tujuan pedaging atau indukan, kebutuhan nutrisi harus terpenuhi. Fase awal (starter) membutuhkan pakan dengan protein tinggi (sekitar 20-22%). Setelah memasuki fase grower (berumur 4-8 minggu), protein bisa diturunkan.
Karena tujuan pemeliharaan seringkali untuk menjaga kehitaman ras, beberapa peternak menambahkan suplemen herbal atau memperhatikan keseimbangan mineral, meskipun riset ilmiah mengenai hal ini masih terus berkembang. Ketersediaan air minum bersih harus selalu ada sepanjang hari.
Pencegahan penyakit jauh lebih murah daripada pengobatan. Program vaksinasi dasar seperti ND (Newcastle Disease), Gumboro, dan Fowl Pox harus dijalankan sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh dokter hewan atau dinas peternakan setempat.
Biosekuriti ketat perlu diterapkan. Batasi akses orang luar ke dalam area kandang, lakukan desinfeksi rutin, dan segera isolasi ayam yang menunjukkan gejala sakit. Ketahanan Ayam Kedu yang baik bukan berarti kebal terhadap semua penyakit.
Waktu panen tergantung pada tujuan budidaya. Jika dijual sebagai ayam dara (broiler) untuk konsumsi, biasanya pada usia 3-4 bulan. Namun, jika dijual sebagai ayam hias atau indukan, pemeliharaan bisa diperpanjang hingga mereka mencapai usia dewasa yang optimal (sekitar 6-8 bulan untuk indukan siap kawin).
Pemasaran Ayam Kedu sangat mengandalkan kepercayaan dan kualitas visual. Promosikan keunikan hitam legamnya. Target pasar meliputi:
Konsistensi dalam kualitas pakan dan kesehatan ternak akan membantu Anda membangun reputasi yang baik dalam bisnis ternak ayam kedu yang kompetitif ini. Dengan perencanaan yang matang, usaha ini bisa memberikan keuntungan yang signifikan.