(Ilustrasi Asupan Nutrisi Unggas)
Budidaya unggas pedaging, seperti ayam broiler, merupakan sektor peternakan yang sangat dinamis dan menuntut efisiensi tinggi. Salah satu faktor krusial yang menentukan keberhasilan finansial dan performa ternak adalah manajemen pakan unggas pedaging. Pakan tidak hanya menyumbang biaya operasional terbesar, seringkali mencapai 60-70%, tetapi juga merupakan fondasi utama bagi pertumbuhan, konversi pakan (FCR), dan kesehatan unggas.
Pemilihan formula pakan yang tepat harus disesuaikan dengan fase pertumbuhan ayam. Kebutuhan nutrisi ayam broiler berubah secara drastis dari masa starter (pelet awal) hingga masa finisher (fase akhir sebelum panen). Mengabaikan perubahan kebutuhan ini berarti memberikan nutrisi yang tidak sesuai, yang pada akhirnya menghambat potensi genetik maksimal dari bibit yang Anda gunakan.
Secara umum, siklus pakan unggas pedaging dibagi menjadi beberapa fase, masing-masing dengan komposisi nutrisi makro dan mikro yang berbeda:
Dua komponen utama dalam pakan unggas pedaging adalah energi metabolisabel (EM) dan protein kasar (PK). Energi menentukan seberapa efisien ayam menggunakan pakan untuk aktivitas dan penyimpanan lemak, sementara protein menyediakan asam amino esensial untuk sintesis jaringan otot.
Banyak peternak pemula seringkali terjebak dalam asumsi bahwa semakin tinggi protein, semakin baik pertumbuhannya. Kenyataannya, kelebihan protein akan dibuang sebagai energi (membebani ginjal) dan meningkatkan biaya. Keseimbangan asam amino (terutama Lisin dan Metionin) jauh lebih penting daripada total kandungan protein kasar.
Mengingat fluktuasi harga bahan baku seperti jagung dan bungkil kedelai, manajemen pakan yang cerdas sangat diperlukan. Salah satu cara adalah dengan melakukan substitusi bahan baku lokal yang terjamin mutunya, asalkan profil nutrisi akhirnya tetap memenuhi standar:
Gangguan pencernaan seringkali menjadi indikasi adanya masalah pada formula atau kualitas pakan. Contohnya, pakan yang terlalu halus (bubuk) dapat menyebabkan kembung (crop impaction), sementara pakan yang terlalu kasar dapat menyebabkan ayam tidak menghabiskan jatahnya. Kelembaban tinggi dalam penyimpanan pakan juga memicu pertumbuhan jamur penghasil mikotoksin, yang sangat berbahaya bagi hati dan sistem imun unggas.
Kesimpulannya, keberhasilan dalam usaha unggas pedaging sangat bergantung pada ketelitian dalam formulasi dan penyajian pakan unggas pedaging. Investasi waktu untuk memahami kebutuhan nutrisi tiap fase akan memberikan pengembalian yang signifikan melalui FCR yang lebih baik dan bobot panen yang seragam.
Artikel ini bersifat informatif mengenai nutrisi dasar dalam budidaya unggas pedaging.