Peternakan ayam ras modern sangat bergantung pada manajemen pakan yang presisi untuk mencapai pertumbuhan optimal dan efisiensi biaya. Ayam ras, baik itu pedaging (broiler) maupun petelur (layer), memiliki kebutuhan nutrisi spesifik yang harus dipenuhi melalui formulasi makanan ayam ras yang tepat. Kesalahan dalam komposisi pakan dapat berujung pada lambatnya penambahan berat badan, penurunan produksi telur, dan peningkatan risiko penyakit.
Secara umum, pakan ayam ras diformulasikan berdasarkan fase pertumbuhan. Terdapat setidaknya tiga fase utama yang memerlukan komposisi nutrisi berbeda: fase starter, fase grower, dan fase finisher (untuk pedaging) atau fase pra-layer dan layer (untuk petelur).
Setiap butir pakan yang diberikan harus mengandung keseimbangan makronutrien dan mikronutrien. Kekurangan salah satu elemen dapat menghambat potensi genetik ayam ras tersebut.
Perbedaan mendasar dalam kebutuhan makanan ayam ras terletak pada fase usia. Ayam pada fase starter (0-4 minggu) memerlukan pakan dengan densitas nutrisi tinggi. Protein harus tinggi dan ukuran partikel pakan cenderung lebih halus (crumble) agar mudah dicerna oleh organ pencernaan yang belum berkembang sempurna. Energi juga tinggi untuk mendukung pertumbuhan cepat.
Sebaliknya, ketika ayam memasuki fase finisher (menjelang panen), fokus nutrisi bergeser. Kandungan protein sedikit diturunkan, sementara kandungan energi ditingkatkan. Tujuannya adalah memaksimalkan deposisi daging tanpa pemborosan protein yang mahal, sekaligus memastikan performa tulang dan organ tetap sehat menjelang pemotongan.
Industri perunggasan sering menghadapi volatilitas harga bahan baku. Jagung, sebagai sumber energi utama, seringkali menjadi komoditas yang harganya fluktuatif. Oleh karena itu, ahli nutrisi pakan terus mencari bahan baku alternatif (substitusi) yang secara ekonomis lebih baik namun tetap mampu memenuhi standar nutrisi yang dibutuhkan ayam ras. Tepung kedelai (sumber protein) juga menjadi perhatian utama karena ketergantungan impor.
Selain itu, kualitas air minum tidak boleh diabaikan. Meskipun fokus pada pakan padat, air yang terkontaminasi dapat menurunkan nafsu makan dan penyerapan nutrisi dari makanan ayam ras yang sudah diformulasikan dengan baik. Manajemen pemberian pakan juga harus tepat; tidak boleh ada sisa pakan yang terbuang atau menjadi lembab karena dapat memicu pertumbuhan jamur penghasil mikotoksin berbahaya.
Secara ringkas, keberhasilan budidaya ayam ras modern adalah cerminan dari seberapa baik pakan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik usia dan tujuan produksi. Investasi pada formulasi pakan yang berkualitas tinggi terbukti jauh lebih efisien daripada menanggung kerugian akibat pertumbuhan yang terhambat atau mortalitas yang tinggi.