Menjelajahi Beragam Macam Teh Hijau

Ilustrasi Daun Teh Segar Garis sederhana yang mewakili beberapa daun teh hijau yang tumbuh.

Teh hijau, minuman yang berasal dari tanaman Camellia sinensis, telah dinikmati selama ribuan tahun. Perbedaannya dengan teh lain, seperti teh hitam atau oolong, terletak pada proses pengolahannya yang minimal. Daun teh tidak melalui proses oksidasi atau fermentasi, sehingga menjaga warna hijau alaminya serta kandungan antioksidan yang tinggi.

Meskipun semua teh hijau berasal dari tanaman yang sama, metode panen, pengolahan, dan daerah asal menciptakan keragaman rasa, aroma, dan tekstur yang sangat luas. Bagi pemula, dunia teh hijau bisa tampak membingungkan, namun mengenali beberapa jenis utama akan membuka pintu menuju pengalaman minum teh yang lebih kaya.

Jenis Teh Hijau Paling Terkenal

Variasi teh hijau sering kali dikategorikan berdasarkan cara pengeringan atau pengolahannya, terutama teknik pemanasan yang digunakan untuk menghentikan oksidasi. Berikut adalah beberapa macam teh hijau yang paling populer di dunia:

Sencha (Jepang): Ini adalah teh hijau Jepang yang paling umum dikonsumsi. Daunnya dikukus (proses steaming) segera setelah dipetik, yang memberikan rasa segar, sedikit astringen (sepat), dan warna hijau cerah. Tingkat kafeinnya moderat.
Matcha (Jepang): Berbeda dengan teh seduh biasa, Matcha adalah bubuk halus dari daun teh khusus yang ditanam di tempat teduh (Tencha). Seluruh daun dikonsumsi saat diseduh. Matcha dikenal karena warna hijau neonnya, rasa umami yang kuat, dan kandungan antioksidan yang sangat tinggi.
Gyokuro (Jepang): Dianggap sebagai salah satu teh hijau Jepang premium. Daunnya ditutup dari sinar matahari selama sekitar tiga minggu sebelum panen, meningkatkan produksi klorofil dan asam amino L-Theanine. Hasilnya adalah rasa manis yang mendalam (umami) tanpa rasa pahit.
Bancha (Jepang): Merupakan teh yang dipanen lebih akhir dibandingkan Sencha atau Gyokuro. Daunnya lebih besar dan lebih keras, menghasilkan rasa yang lebih kasar, lebih ringan, dan biasanya memiliki kandungan kafein yang lebih rendah.
Gunpowder (Tiongkok): Teh hijau Tiongkok ini memiliki ciri khas berupa daun yang digulung menjadi pelet kecil menyerupai bubuk mesiu (gunpowder). Saat diseduh, pelet akan terbuka. Rasanya cenderung lebih kuat dan berasap daripada teh hijau Jepang.
Longjing (Dragon Well) (Tiongkok): Salah satu teh hijau Tiongkok paling terkenal dari Hangzhou. Proses pengolahannya melibatkan penekanan dan pemanggangan daun secara manual di wajan besar. Ini menghasilkan daun pipih yang khas dan rasa yang lembut, mirip kacang panggang.

Memahami Perbedaan Pengolahan

Inti dari keragaman teh hijau terletak pada cara menghentikan oksidasi. Teh Jepang umumnya menggunakan metode **pengukusan (steaming)**, menghasilkan profil rasa yang lebih vegetal, rumput laut, atau "hijau" yang khas. Sebaliknya, teh Tiongkok tradisional sering menggunakan metode **pemanggangan (pan-firing)** dalam wajan panas atau pemanggangan kering di oven.

Proses pemanggangan Tiongkok cenderung menghasilkan aroma yang lebih "bersih," sering kali membawa catatan seperti kacang-kacangan, bunga, atau sedikit beras panggang. Variasi dalam suhu air seduh dan durasi perendaman juga sangat memengaruhi pengalaman akhir. Untuk teh yang lebih lembut seperti Gyokuro, suhu air yang lebih rendah (sekitar 60-70°C) sangat disarankan untuk mengeluarkan rasa umami tanpa kepahitan.

Mempelajari macam teh hijau adalah perjalanan yang berkelanjutan. Mulai dari matcha yang kaya energi hingga Longjing yang lembut, setiap jenis menawarkan jendela unik ke dalam seni pembuatan teh tradisional di seluruh Asia.

🏠 Homepage