Teh hijau, minuman yang berasal dari tanaman Camellia sinensis, telah dinikmati selama ribuan tahun. Perbedaannya dengan teh lain, seperti teh hitam atau oolong, terletak pada proses pengolahannya yang minimal. Daun teh tidak melalui proses oksidasi atau fermentasi, sehingga menjaga warna hijau alaminya serta kandungan antioksidan yang tinggi.
Meskipun semua teh hijau berasal dari tanaman yang sama, metode panen, pengolahan, dan daerah asal menciptakan keragaman rasa, aroma, dan tekstur yang sangat luas. Bagi pemula, dunia teh hijau bisa tampak membingungkan, namun mengenali beberapa jenis utama akan membuka pintu menuju pengalaman minum teh yang lebih kaya.
Variasi teh hijau sering kali dikategorikan berdasarkan cara pengeringan atau pengolahannya, terutama teknik pemanasan yang digunakan untuk menghentikan oksidasi. Berikut adalah beberapa macam teh hijau yang paling populer di dunia:
Inti dari keragaman teh hijau terletak pada cara menghentikan oksidasi. Teh Jepang umumnya menggunakan metode **pengukusan (steaming)**, menghasilkan profil rasa yang lebih vegetal, rumput laut, atau "hijau" yang khas. Sebaliknya, teh Tiongkok tradisional sering menggunakan metode **pemanggangan (pan-firing)** dalam wajan panas atau pemanggangan kering di oven.
Proses pemanggangan Tiongkok cenderung menghasilkan aroma yang lebih "bersih," sering kali membawa catatan seperti kacang-kacangan, bunga, atau sedikit beras panggang. Variasi dalam suhu air seduh dan durasi perendaman juga sangat memengaruhi pengalaman akhir. Untuk teh yang lebih lembut seperti Gyokuro, suhu air yang lebih rendah (sekitar 60-70°C) sangat disarankan untuk mengeluarkan rasa umami tanpa kepahitan.
Mempelajari macam teh hijau adalah perjalanan yang berkelanjutan. Mulai dari matcha yang kaya energi hingga Longjing yang lembut, setiap jenis menawarkan jendela unik ke dalam seni pembuatan teh tradisional di seluruh Asia.