Fokus pada produksi telur putih berkualitas.
Budidaya ayam petelur putih mampu bertelur sampai batas maksimal yang telah ditentukan oleh genetiknya, asalkan seluruh kebutuhan nutrisi, manajemen kandang, dan kesehatan terpenuhi dengan optimal. Ayam petelur putih, yang mayoritas berasal dari galur Leghorn, terkenal karena efisiensi konversi pakannya dan tingkat produksi telur yang sangat tinggi. Namun, mencapai dan mempertahankan puncak produksi ini memerlukan pemahaman mendalam mengenai siklus hidup mereka.
Periode di mana ayam ayam petelur putih mampu bertelur sampai puncak performa biasanya terjadi antara usia 20 hingga 40 minggu. Selama fase ini, manajemen nutrisi harus sangat akurat. Kebutuhan kalsium meningkat drastis untuk pembentukan cangkang telur yang kuat. Kekurangan kalsium bukan hanya menurunkan kuantitas telur, tetapi juga kualitas cangkang yang rentan pecah (shell-less egg atau soft shell).
Manajemen pencahayaan (fotoperiode) juga memegang peranan kunci. Ayam membutuhkan durasi cahaya yang cukup untuk merangsang hormon reproduksi. Transisi dari fase starter ke grower, dan kemudian ke layer, harus diatur secara bertahap. Memberikan stres cahaya pada fase grower justru akan mempercepat kematangan seksual (sexual maturity) yang tidak diinginkan, yang berujung pada ukuran telur kecil dan penurunan total produksi di masa depan.
Untuk memastikan ayam petelur putih mampu bertelur sampai angka 90% atau lebih, formulasi pakan adalah faktor penentu. Komponen utama yang harus diperhatikan meliputi:
Faktor lingkungan secara langsung memengaruhi kemampuan ayam petelur putih mampu bertelur sampai kapasitas maksimalnya. Suhu kandang yang ideal berkisar antara 20°C hingga 25°C. Suhu yang terlalu tinggi (stres panas) akan menyebabkan ayam mengurangi konsumsi pakan, yang berakibat langsung pada penurunan produksi telur dan penipisan cangkang.
Ventilasi yang baik harus menjamin pertukaran udara segar tanpa menimbulkan angin langsung (draft) yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan. Pengelolaan kotoran dan amonia adalah prioritas. Tingkat amonia yang tinggi dapat merusak sistem pernapasan dan indra ayam, memicu penurunan nafsu makan dan stres kronis.
Program vaksinasi dan biosekuriti yang ketat wajib diterapkan untuk mencegah wabah penyakit seperti Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), dan Gumboro. Satu wabah penyakit saja dapat menghancurkan target produksi selama beberapa minggu atau bahkan menyebabkan kematian massal.
Ketika ayam telah mencapai fase puncak, tantangan berikutnya adalah bagaimana mempertahankannya. Perlahan namun pasti, setelah minggu ke-40, laju produksi akan mulai menurun (persentase *peak decline*). Penurunan ini alami, namun dapat diperlambat dengan manajemen yang baik.
Beberapa strategi untuk memperpanjang masa puncak produktivitas agar ayam petelur putih mampu bertelur sampai usia lebih tua (misalnya hingga 70-80 minggu) meliputi:
Secara keseluruhan, kemampuan ayam petelur putih mampu bertelur sampai jumlah maksimal bukan hanya soal ras dan genetika unggul, tetapi merupakan hasil sinergi antara nutrisi presisi, manajemen lingkungan yang stabil, dan pencegahan penyakit yang proaktif. Dengan perhatian detail pada setiap aspek ini, peternak dapat memaksimalkan potensi ekonomi dari setiap ekor ayam petelur yang dipelihara.