Panduan Lengkap Unggas Petelur dan Pedaging

Pengantar Dunia Unggas Komersial

Peternakan unggas merupakan salah satu sektor agribisnis yang paling vital dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Secara umum, industri ini terbagi menjadi dua fokus utama: unggas petelur dan unggas pedaging. Kedua jenis ini memerlukan manajemen, nutrisi, dan lingkungan kandang yang sangat berbeda, meskipun keduanya sama-sama berkontribusi besar terhadap perekonomian dan ketahanan pangan. Memahami perbedaan mendasar antara keduanya adalah kunci keberhasilan dalam beternak.

Unggas pedaging, seperti ayam broiler, memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat, dirancang untuk mencapai bobot potong optimal dalam waktu singkat. Sementara itu, unggas petelur, seperti ayam ras petelur strain Lohmann atau Isa Brown, difokuskan pada efisiensi konversi pakan menjadi telur berkualitas tinggi dalam jangka waktu produksi yang panjang.

Pedaging Petelur

Visualisasi perbandingan bentuk tubuh unggas petelur dan pedaging.

Unggas Pedaging: Fokus pada Pertumbuhan

Tujuan utama dari usaha ternak pedaging adalah produksi daging secepat mungkin dengan efisiensi pakan (FCR) yang rendah. Ayam broiler modern dikembangkan melalui pemuliaan intensif sehingga mampu mencapai bobot panen (sekitar 1.5 hingga 2.5 kg) dalam rentang waktu 30 hingga 40 hari.

Manajemen Kunci Pedaging: Kepadatan kandang yang terukur, suhu ideal, dan pemberian pakan dengan protein tinggi pada fase awal pertumbuhan sangat krusial. Kecepatan pertumbuhan menuntut manajemen kesehatan yang ketat untuk mencegah penyakit yang dapat menyebar cepat dalam kelompok.

Kandang modern seringkali menggunakan sistem tertutup (closed house) yang dikontrol suhunya. Ini memungkinkan optimasi lingkungan sepanjang waktu, meskipun memerlukan investasi awal yang lebih tinggi. Keberhasilan di sektor ini sangat bergantung pada stabilitas rantai pasok pakan dan vaksinasi yang terencana.

Unggas Petelur: Dedikasi pada Produksi Telur

Berbeda dengan pedaging, ayam petelur memasuki fase produksi yang relatif panjang, biasanya berlangsung antara 14 hingga 18 bulan, dengan puncak produksi terjadi pada 24 hingga 40 minggu pertama. Fokus utama di sini adalah menjaga agar persentase produksi telur tetap tinggi dan kualitas cangkang tetap baik.

Nutrisi pada ayam petelur harus sangat diperhatikan, terutama kandungan kalsium. Defisiensi kalsium akan mengakibatkan telur yang cangkangnya tipis atau bahkan pecah saat proses produksi atau penanganan. Selain itu, manajemen stres juga penting karena stres dapat menyebabkan 'telur stres' yang tidak layak jual atau bahkan menghentikan produksi sementara.

Tantangan Utama Petelur: Mengelola umur afkir yang optimal, meminimalkan persentase telur retak, dan menjaga kepadatan kandang agar ayam tidak saling melukai, terutama jika menggunakan sistem baterai. Pemilihan bibit yang tepat juga menentukan potensi produksi jangka panjang.

Perbandingan Kebutuhan Dasar

Meskipun keduanya adalah unggas, kebutuhan lingkungan mereka sangat kontras:

Kesimpulan

Sukses dalam beternak unggas, baik itu petelur maupun pedaging, terletak pada pemahaman mendalam terhadap fisiologi spesifik masing-masing jenis. Peternak harus mampu beradaptasi dengan siklus hidup yang berbeda dan mengalokasikan sumber daya—terutama pakan dan infrastruktur—sesuai dengan tujuan produksi akhir. Industri ini terus berkembang, mendorong inovasi dalam biosekuriti dan efisiensi pakan untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

🏠 Homepage