Alt text: Sketsa sederhana ayam broiler yang siap dipanen.
Keputusan mengenai umur ayam broiler dipanen merupakan salah satu variabel paling krusial dalam menentukan profitabilitas usaha peternakan unggas komersial. Broiler, atau ayam pedaging, dikembangbiakkan secara spesifik untuk mencapai bobot potong dalam waktu sesingkat mungkin. Namun, kecepatan tumbuh ini harus diseimbangkan dengan efisiensi pakan, kesehatan ternak, dan permintaan pasar.
Dalam budidaya ayam broiler, setiap hari adalah investasi. Peternak mengeluarkan biaya konstan untuk pakan, listrik, tenaga kerja, dan manajemen kandang. Oleh karena itu, waktu panen harus dioptimalkan agar rasio konversi pakan (FCR) mencapai titik terbaiknya. Jika ayam dipanen terlalu cepat, bobotnya mungkin belum mencapai target pasar, yang berarti potensi pendapatan hilang. Sebaliknya, menunda panen setelah mencapai bobot ideal akan menyebabkan pemborosan pakan karena ayam menghabiskan lebih banyak energi hanya untuk mempertahankan berat badan, bukan menambahnya secara signifikan.
Secara umum, standar industri peternakan ayam broiler modern di Indonesia mengarahkan panen pada kisaran usia tertentu. Kisaran usia ini sangat bergantung pada tipe ayam (strain) yang digunakan dan tujuan pasar:
Penting untuk dicatat bahwa performa ayam tidak hanya ditentukan oleh umur kronologis, tetapi juga oleh bobot hidup rata-rata (Average Daily Gain/ADG) yang dicapai dan performa harian di kandang. Hasil akhir panen selalu diukur dari kesesuaian dengan standar pasar.
Keputusan akhir kapan umur ayam broiler dipanen bukanlah keputusan mutlak, melainkan kalkulasi dinamis berdasarkan beberapa faktor kunci:
Ini adalah faktor utama. Jika kontrak penjualan menetapkan bahwa bobot rata-rata harus 1.8 kg, peternak akan memonitor berat sampel secara berkala. Ketika data sampel menunjukkan tren pertumbuhan yang mendekati target, jadwal pemanenan akan ditentukan dalam beberapa hari ke depan.
Efisiensi pakan cenderung menurun drastis setelah ayam mencapai usia tertentu. Pakan yang dihabiskan setelah hari ke-35 seringkali kurang produktif dibandingkan pakan yang diberikan pada minggu-minggu awal. Mempertahankan ayam terlalu lama sama dengan membiarkan biaya operasional membengkak tanpa imbalan bobot yang sepadan.
Risiko penyakit meningkat seiring bertambahnya usia ternak di dalam satu periode pemeliharaan. Jika terjadi wabah penyakit ringan menjelang akhir masa panen, seringkali lebih baik mempercepat pemanenan sesuai bobot yang ada daripada mengambil risiko kehilangan populasi atau penurunan kualitas daging secara drastis.
Kandang yang terlalu padat atau sistem ventilasi yang mulai kurang optimal pada usia tua dapat menyebabkan stres panas atau amonia tinggi. Stres ini menghambat pertumbuhan dan meningkatkan mortalitas, memaksa peternak untuk segera melakukan pemanenan.
Memanen ayam broiler pada umur yang tidak sesuai dengan manajemen dan genetiknya dapat menimbulkan kerugian. Jika dipanen terlalu cepat, peternak rugi potensi pendapatan. Namun, dampak paling sering terjadi adalah memanen terlalu lambat:
Kesimpulannya, kunci sukses dalam budidaya ayam broiler terletak pada pemahaman mendalam mengenai kurva pertumbuhannya. Peternak yang sukses secara rutin memantau data performa harian untuk menentukan titik optimal kapan umur ayam broiler dipanen, memastikan keseimbangan antara bobot maksimal, efisiensi biaya, dan kualitas produk akhir.