Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memiliki satuan khusus yang memegang peran krusial dalam menjaga kedaulatan wilayah udara Indonesia dari ancaman udara, yaitu Artileri Pertahanan Udara, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Arhanud. Keberadaan Arhanud adalah garis pertahanan pertama dan terdepan yang dihadapi oleh setiap pesawat musuh atau drone yang mencoba melanggar batas kedaulatan udara Indonesia di wilayah darat.
Dalam konteks peperangan modern, ancaman tidak hanya datang dari darat maupun laut, tetapi semakin masif melalui udara. Rudal jelajah, pesawat tempur modern, hingga pesawat nirawak (drone) menjadi tantangan yang memerlukan sistem pertahanan udara yang canggih dan responsif. TNI AD melalui unit-unit Arhanud dituntut untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi pertahanan udara global.
Satuan Arhanud TNI AD dibentuk dan dikelola di bawah Komando Utama (Kotama) TNI AD, seringkali berada di bawah koordinasi Divisi atau Kostrad, namun pelaksanaannya terintegrasi dengan sistem pertahanan udara nasional (Hanudnas) yang dipimpin oleh Komando Operasi Udara Nasional (Kohanudnas). Organisasi Arhanud sendiri terbagi berdasarkan kemampuan jangkauan dan jenis sistem senjata yang digunakan.
Secara umum, sistem pertahanan udara TNI AD terbagi menjadi beberapa tingkatan pertahanan:
Setiap Batalyon Arhanud (Baterai) dilengkapi dengan persenjataan spesifik yang memungkinkan mereka beroperasi secara mandiri maupun terintegrasi dalam rantai komando pertahanan udara yang lebih besar.
Menghadapi tantangan teknologi musuh yang terus berkembang, TNI AD secara berkelanjutan melakukan modernisasi alat utama sistem senjata (Alutsista) Arhanud. Investasi pada teknologi terbaru adalah prioritas untuk memastikan daya tangkal negara tetap efektif.
Modernisasi ini meliputi penggantian sistem radar yang lebih sensitif, peningkatan kemampuan sistem penargetan otomatis, serta akuisisi rudal-rudal mutakhir dari mitra internasional maupun pengembangan alutsista dalam negeri. Integrasi sistem komando dan kontrol (C2) yang terdigitalisasi juga menjadi fokus utama, memungkinkan respons yang lebih cepat dan koordinasi antar baterai yang lebih mulus saat menghadapi serangan udara yang simultan.
Latihan gabungan yang melibatkan unsur Arhanud, Komando Operasi Udara, dan elemen pertahanan laut merupakan praktik rutin untuk menguji interoperabilitas sistem dan kesiapan tempur personel dalam skenario perang sesungguhnya. Profesionalisme para prajurit Arhanud, yang dibekali pelatihan intensif mengenai sistem senjata kompleks, adalah kunci keberhasilan dalam mengamankan langit Nusantara. Dengan kapabilitas pertahanan udara yang kuat, TNI Arhanud menegaskan komitmen TNI AD dalam menjaga kedaulatan negara dari ancaman udara.