Nama Thomas Djamaluddin identik dengan dunia keantariksaan Indonesia. Sebagai seorang profesor astronomi dan fisikawan terkemuka, kiprahnya telah banyak mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan di Tanah Air, khususnya melalui perannya di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang kini bertransformasi menjadi BRIN. Thomas Djamaluddin bukan hanya seorang peneliti, tetapi juga komunikator sains yang ulung, membawa isu-isu kosmik yang kompleks ke tengah masyarakat awam.
Peran Sentral di LAPAN
Perjalanan karir Thomas Djamaluddin sangat erat kaitannya dengan LAPAN. Sebelum institusi ini dilebur, LAPAN memegang mandat utama dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kedirgantaraan. Thomas memainkan peran krusial dalam pengembangan kapasitas keilmuan di lembaga tersebut, khususnya dalam bidang meteorologi dan klimatologi luar angkasa, serta fenomena atmosfer lainnya. Kontribusinya mencakup penelitian mengenai pengamatan Matahari, badai geomagnetik, hingga aspek-aspek yang memengaruhi komunikasi dan navigasi di bumi.
Selama bertugas, ia seringkali menjadi rujukan utama ketika terjadi fenomena astronomi yang menarik perhatian publik, seperti gerhana matahari total, hujan meteor, atau penampakan planet langka. Kemampuannya untuk menjelaskan fenomena ini secara ilmiah namun mudah dipahami menjadikannya figur publik yang dihormati di kalangan sains nasional. Ia berhasil menjembatani kesenjangan antara dunia riset yang sangat teknis dengan minat keingintahuan masyarakat Indonesia.
Dedikasi pada Astronomi Indonesia
Thomas Djamaluddin memandang bahwa astronomi bukan sekadar ilmu yang abstrak, melainkan ilmu yang memiliki dampak nyata pada kehidupan sehari-hari. Salah satu fokus utamanya adalah bagaimana fenomena luar angkasa, seperti aktivitas Matahari, dapat memengaruhi teknologi di Bumi. Misalnya, badai matahari dapat mengganggu jaringan listrik atau satelit komunikasi. Melalui penelitian yang didukung oleh LAPAN, ia berupaya membangun sistem peringatan dini berbasis pemahaman fisika ruang angkasa.
Lebih lanjut, dedikasinya meluas pada upaya pelestarian dan pengembangan budaya astronomi di Indonesia. Ia sering menekankan pentingnya penguasaan teknologi antariksa sebagai wujud kedaulatan ilmu pengetahuan. Dalam berbagai kesempatan, ia menggarisbawahi bahwa Indonesia, sebagai negara maritim dan kepulauan, sangat membutuhkan pemahaman mendalam tentang navigasi berbasis bintang dan pemantauan atmosfer yang akurat, yang mana keduanya merupakan hasil riset yang seringkali bersinggungan dengan lingkup kerja LAPAN.
Transformasi dan Warisan Ilmu
Meskipun LAPAN telah mengalami reorganisasi menjadi bagian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), warisan keilmuan yang dibangun oleh tokoh seperti Thomas Djamaluddin tetap hidup. Kontribusinya dalam mencetak generasi peneliti baru, menyusun kebijakan riset, dan mengedukasi publik menjadi fondasi penting bagi kelanjutan riset kedirgantaraan Indonesia. Ia berperan aktif dalam memastikan bahwa sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi di bidang ini terus tersedia.
Pengaruh Thomas Djamaluddin tidak hanya terbatas pada laporan ilmiah atau publikasi akademik. Ia sering muncul di media massa, memberikan perspektif ilmiah yang tenang dan berwibawa ketika isu-isu ilmiah seperti isu non-ilmiah atau hoaks beredar. Kehadirannya memberikan semacam 'filter' pengetahuan yang kredibel di tengah derasnya informasi di era digital. Perannya sebagai figur sentral dalam ranah Thomas Djamaluddin LAPAN menunjukkan betapa pentingnya memiliki ilmuwan yang mampu memimpin sekaligus menginspirasi. Kontribusinya terhadap kesadaran sains keantariksaan di Indonesia adalah warisan yang tak ternilai harganya.