Ternak ayam petarung, atau yang sering disebut ayam laga, merupakan subsektor peternakan yang memiliki ceruk pasar tersendiri. Tidak seperti ayam pedaging atau petelur biasa, ayam petarung dibudidayakan dengan tujuan utama untuk kualitas fisik, stamina, dan kemampuan bertarung. Bagi para penghobi, peternak, atau pehobi sabung ayam tradisional (di mana diperbolehkan), permintaan akan bibit unggul selalu tinggi.
Fondasi utama dalam beternak ayam petarung adalah kualitas genetik. Memilih indukan yang tepat adalah langkah krusial yang tidak boleh dikompromikan. Indukan harus berasal dari garis keturunan juara atau memiliki rekam jejak performa yang teruji. Perhatikan ciri fisik seperti postur tubuh yang tegap, kaki yang kuat dan kering, paruh yang kokoh, serta sorot mata yang tajam.
Beberapa jenis ayam petarung populer di Indonesia mencakup ayam Bangkok, Shamo, Saigon, dan berbagai hasil persilangan (hybrid) yang dikembangkan secara lokal. Penting bagi peternak pemula untuk fokus pada satu atau dua jenis terlebih dahulu sebelum mencoba mengembangkan varian lain. Catatan silsilah (pedigree) sangat penting untuk menjaga kemurnian galur.
Kandang untuk ayam petarung memerlukan perhatian khusus dibandingkan ayam biasa. Ayam petarung membutuhkan ruang gerak yang cukup untuk menjaga otot tetap lentur dan prima. Pemisahan antar ayam jantan (terutama yang sudah dewasa) sangat dianjurkan untuk mencegah perkelahian prematur yang dapat mencederai calon bintang ternak.
Sistem kandang yang umum digunakan adalah sistem individual (kotak) untuk ayam jago yang akan dipersiapkan tarung, dan kandang koloni yang lebih longgar untuk ayam dara dan betina. Kebersihan adalah mutlak; kotoran harus segera dibersihkan untuk mencegah penyakit. Ventilasi udara harus baik, namun hindari angin langsung yang berlebihan yang bisa menyebabkan stres atau penyakit pernapasan.
Pemberian pakan pada ayam petarung berbeda signifikan dari ayam kampung biasa. Pada fase pertumbuhan (dara), fokus adalah pada protein tinggi untuk pembentukan otot yang padat dan tulang yang kuat. Sumber protein bisa berasal dari pelet khusus ayam petarung, ditambah dengan suplemen alami seperti cacing atau belalang.
Setelah ayam mencapai usia remaja dan mulai memasuki masa latihan (training), diet harus disesuaikan. Porsi karbohidrat (jagung) perlu ditingkatkan untuk energi, sementara protein dijaga seimbang. Pemberian vitamin dan mineral tambahan sangat penting, terutama vitamin E untuk daya tahan tubuh dan kesuburan. Jangan lupakan akses air minum yang bersih dan segar setiap saat.
Meskipun ayam petarung sering dianggap lebih tangguh, mereka tetap rentan terhadap penyakit umum seperti Newcastle Disease (ND) atau Koksidiosis. Vaksinasi wajib dilakukan sesuai jadwal. Selain itu, karena ayam ini sering dilatih dan mungkin terlibat dalam adu tanding (jika legal), perawatan luka harus cepat dilakukan.
Perawatan pasca latihan atau tanding meliputi pemeriksaan menyeluruh pada kaki, sayap, dan bagian tubuh yang mungkin mengalami benturan. Penggunaan antiseptik ringan dan salep khusus dapat mempercepat pemulihan. Menjaga lingkungan yang kering dan bebas amonia adalah cara pencegahan penyakit yang paling efektif.
Setelah ayam mencapai kematangan fisik (biasanya antara 8 hingga 12 bulan, tergantung ras), proses seleksi dimulai. Hanya ayam dengan mental baja, kecepatan, dan teknik bertarung yang baik yang layak dipertahankan sebagai aset peternakan. Proses 'pemanasan' (training) harus dilakukan secara bertahap, mulai dari jalan santai, lari ringan, hingga latihan simulasi tarung ringan.
Inti dari ternak ayam petarung adalah kesabaran. Kualitas tidak bisa dipaksakan dalam waktu singkat. Dibutuhkan dedikasi tinggi dalam memantau perkembangan fisik, mental, serta kesehatan setiap individu ayam untuk memastikan investasi genetik Anda berkembang menjadi juara.