Memahami sistem pemilahan sampah adalah langkah krusial dalam upaya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu komponen penting dalam sistem ini adalah keseragaman warna tempat sampah. Di banyak negara, termasuk Indonesia, warna tertentu dikhususkan untuk jenis sampah tertentu. Secara umum, sampah anorganik—yaitu sampah yang tidak dapat terurai secara alami oleh proses biologis, seperti plastik, logam, dan kaca—memiliki penanda warna yang spesifik.
Warna Apa yang Menggambarkan Tempat Sampah Anorganik?
Pertanyaan mendasar bagi banyak orang adalah: tempat sampah anorganik biasanya berwarna apa? Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Sampah pada Sektor Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, panduan warna yang ideal ditetapkan untuk mempermudah masyarakat dalam memilah sampah di sumbernya.
Dalam regulasi ini, sampah anorganik seringkali dikategorikan bersama dengan sampah daur ulang secara umum, atau dipilah lebih spesifik. Namun, acuan yang paling sering ditemukan di fasilitas umum, perkantoran, dan sekolah di Indonesia untuk sampah yang tidak mudah terurai adalah:
- Warna Hijau: Secara tradisional, warna hijau sering dikaitkan dengan sampah organik (sisa makanan). Namun, dalam beberapa skema pemilahan yang lebih modern atau khusus, terutama di lingkungan komersial, wadah berwarna hijau juga digunakan untuk menampung sampah anorganik tertentu atau campuran daur ulang.
- Warna Kuning: Ini adalah warna yang sangat umum digunakan untuk sampah yang dapat didaur ulang. Sampah anorganik yang paling menonjol dan mudah didaur ulang, seperti kertas dan kardus, sering ditempatkan di wadah kuning.
- Warna Biru: Biru sering kali ditetapkan untuk sampah anorganik spesifik, terutama plastik dan logam (kaleng). Warna biru memberikan kontras yang jelas dengan hijau (organik) dan abu-abu (residu/B3).
Penting untuk dicatat bahwa meskipun ada panduan nasional, implementasi di lapangan bisa berbeda. Misalnya, beberapa daerah memilih menggunakan warna spesifik untuk plastik (misalnya, biru terang) dan logam (misalnya, abu-abu gelap), sementara wadah utama untuk semua sampah anorganik yang tidak terpisah bisa berwarna kuning atau cokelat muda.
Mengapa Warna Kuning dan Biru Dominan untuk Anorganik?
Pemilihan warna tidak bersifat acak; ia didasarkan pada psikologi warna dan standar internasional (meskipun dengan modifikasi lokal). Warna kuning, misalnya, adalah warna yang menarik perhatian dan mudah terlihat, menjadikannya ideal untuk memisahkan material yang memiliki nilai jual kembali tinggi seperti kertas. Kertas dan kardus, meskipun anorganik, memerlukan penanganan yang sedikit berbeda dari plastik atau logam karena proses daur ulangnya.
Sementara itu, plastik dan logam (seperti aluminium atau besi) adalah kategori anorganik yang membutuhkan pembersihan dan pemrosesan terpisah. Penempatan mereka dalam wadah biru membantu operator pengolah sampah mengidentifikasi volume material yang siap untuk dilebur atau diolah kembali. Jika sebuah sistem hanya menggunakan dua wadah utama (Organik dan Anorganik), maka wadah Anorganik tersebut akan menampung semua material seperti botol plastik, bungkus kemasan, pecahan kaca, dan kaleng bekas.
Kesalahan Umum dan Pentingnya Konsistensi
Kesalahan terbesar dalam pengelolaan sampah anorganik adalah mencampurnya dengan sampah organik. Ketika sampah anorganik yang basah (terkontaminasi sisa makanan) masuk ke wadah daur ulang, kualitas material tersebut menurun drastis. Plastik yang berminyak atau kertas yang sobek karena basah seringkali tidak dapat didaur ulang dan berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Oleh karena itu, meskipun Anda melihat tempat sampah anorganik biasanya berwarna kuning atau biru, pastikan material yang Anda buang sudah dalam kondisi kering dan relatif bersih.
Kesadaran akan warna ini harus didukung oleh edukasi yang konsisten dari pemerintah daerah dan pengelola gedung. Ketika warna tempat sampah konsisten—misalnya, Biru selalu untuk Plastik/Logam, Kuning untuk Kertas, dan Hijau untuk Organik—proses pemilahan menjadi naluriah. Dengan membuang sampah anorganik pada wadah yang tepat, kita memastikan bahwa sumber daya berharga tidak terbuang sia-sia, mengurangi volume sampah yang berakhir di lingkungan, dan mendukung industri daur ulang nasional yang terus berkembang.
Meskipun warna utama untuk daur ulang (yang didominasi anorganik) cenderung ke arah kuning dan biru, selalu periksa papan informasi atau stiker yang terpasang pada tempat sampah di lokasi Anda untuk kepastian standar pemilahan yang berlaku.