Apendiks, atau usus buntu, adalah kantung kecil yang menempel pada usus besar di bagian perut kanan bawah. Meskipun fungsinya dalam sistem pencernaan manusia masih menjadi perdebatan ilmiah, ketika organ ini mengalami peradangan—suatu kondisi yang dikenal sebagai **apendisitis**—hal tersebut menjadi keadaan darurat medis yang memerlukan perhatian segera. Mengenali tanda apendiks yang mengindikasikan peradangan adalah kunci untuk mencegah komplikasi serius seperti pecahnya apendiks.
Gejala apendisitis seringkali dimulai secara samar namun berkembang pesat dalam waktu 12 hingga 24 jam. Pemahaman tentang bagaimana gejala ini muncul dapat membantu dalam diagnosis dini. Tanda paling khas adalah rasa sakit yang berpindah lokasi.
Namun, seiring peradangan apendiks meningkat, nyeri tersebut akan bergeser dan menetap di kuadran kanan bawah perut. Lokasi nyeri klasik ini dikenal sebagai Titik McBurney. Ketika nyeri mencapai titik ini, ia menjadi tajam, konstan, dan memburuk saat pasien bergerak, batuk, atau berjalan.
Selain rasa nyeri yang menjadi fokus utama, ada beberapa gejala penyerta yang sering muncul bersamaan dengan peradangan apendiks:
Apendisitis seringkali memengaruhi fungsi saluran cerna. Pasien mungkin mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia) yang signifikan. Mual dan muntah juga sangat umum terjadi, biasanya muncul setelah rasa sakit dimulai. Penting untuk dicatat bahwa muntah yang parah dan berkelanjutan sebelum nyeri muncul mungkin mengarah pada diagnosis lain.
Beberapa orang mengalami diare ringan, sementara yang lain mungkin mengalami sembelit. Frekuensi buang angin dan dorongan untuk buang air besar bisa terganggu karena peradangan yang terjadi di dekat usus besar.
Demam adalah respons tubuh terhadap infeksi atau peradangan. Pada kasus apendisitis awal, demam biasanya tidak terlalu tinggi, seringkali berkisar antara 37,5°C hingga 38,5°C. Jika demam melonjak tinggi (di atas 39°C) tanpa penanganan, ini bisa menjadi indikasi bahwa apendiks telah pecah (ruptur).
Apendisitis adalah kondisi yang progresif. Jika tidak diobati, apendiks yang meradang dapat pecah dan menyebarkan bakteri ke seluruh rongga perut, menyebabkan peritonitis—infeksi serius yang mengancam jiwa. Segera hubungi layanan darurat medis jika Anda atau seseorang mengalami kombinasi gejala berikut:
Diagnosis apendisitis dilakukan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik (termasuk penekanan perut), dan tes laboratorium seperti hitung darah lengkap (untuk melihat peningkatan sel darah putih). Pencitraan seperti USG atau CT scan sering digunakan untuk mengonfirmasi adanya peradangan pada apendiks.
Meskipun apendisitis dapat menyerang siapa saja, ia paling sering terjadi pada kelompok usia antara 10 hingga 30 tahun. Kesadaran akan gejala awal adalah langkah pertama pencegahan komplikasi serius akibat organ kecil yang dapat menimbulkan masalah besar ini.