Punglor merah (Zoothera citrina), atau yang sering dikenal sebagai Murai Batu Merah, adalah salah satu burung kicau yang sangat diminati. Di antara jantan dan betinanya, punglor merah betina memiliki pesona tersendiri yang seringkali diremehkan, padahal perannya sangat krusial, terutama dalam konteks penangkaran. Secara fisik, betina cenderung memiliki warna yang sedikit lebih kusam dibandingkan jantan. Jika jantan menunjukkan warna merah menyala pada bagian perut dan dada, betina seringkali memiliki gradasi warna yang lebih lembut atau sedikit pudar.
Ciri khas lain terletak pada postur tubuh. Punglor merah betina umumnya memiliki postur yang lebih kecil dan ramping dibandingkan pejantan dengan usia yang sama. Meskipun demikian, kualitas kicauan (suara) dari betina juga patut diperhatikan. Meskipun jarang dilombakan, suara betina yang merdu seringkali menjadi patokan dalam menentukan kualitas genetik untuk keturunan.
Bagi para penangkar burung kicau, punglor merah betina yang berkualitas adalah aset utama. Betina yang sehat, jinak, dan memiliki insting mengeram yang baik sangat dicari. Kualitas indukan betina secara langsung memengaruhi keberhasilan penetasan dan kualitas anakan yang dihasilkan. Betina yang sangat agresif atau terlalu takut terhadap manusia cenderung kurang ideal untuk proses penangkaran intensif.
Ciri-ciri betina indukan unggul meliputi:
Salah satu tantangan terbesar bagi pemula adalah membedakan jenis kelamin punglor merah. Meskipun ada perbedaan warna yang terlihat, pada burung muda atau burung yang sering mandi/kotor, perbedaan ini bisa sangat samar. Selain postur dan warna dada, beberapa pemelihara senior mengamati pola bulu di bagian punggung dan sayap. Pada betina, pola garis-garis hitam atau abu-abu pada bulu sayap seringkali lebih tegas dan sedikit lebih lebar dibandingkan dengan jantan.
Faktor lain yang bisa menjadi indikasi adalah perilaku. Punglor merah jantan cenderung lebih aktif dalam mengeluarkan suara isian dan lebih sering memamerkan diri dengan tegak berdiri saat ada burung lain. Sebaliknya, betina cenderung lebih fokus pada aktivitas mencari makan di bawah dan membangun sarang jika sudah memasuki masa kawin. Namun, perlu diingat bahwa ini hanyalah indikasi umum, dan konfirmasi terbaik tetap melalui pengamatan jangka panjang atau uji DNA jika diperlukan untuk memastikan garis keturunan.
Perawatan untuk betina, terutama saat sedang mengeram atau merawat anakan, memerlukan perhatian lebih detail. Kebutuhan nutrisi mereka meningkat drastis. Pemberian pakan tambahan berupa serangga hidup (seperti jangkrik, ulat hongkong) menjadi sangat penting untuk memastikan energi mereka cukup untuk menjaga kehangatan telur dan memproduksi susu alami bagi anakan.
Lingkungan kandang juga harus diperhatikan. Kandang harus diletakkan di tempat yang tenang dan minim gangguan dari lalu lalang manusia atau burung lain. Jika betina merasa terancam, risiko telur diabaikan atau bahkan dimakan (kanibalisme telur) bisa meningkat. Kehadiran betina yang sukses dalam penangkaran adalah cerminan dari pemeliharaan yang harmonis antara pemilik dan burung itu sendiri. Memahami kebutuhan spesifik punglor merah betina adalah kunci menuju sukses dalam hobi kicau mania.