Heparin adalah salah satu obat antikoagulan (pengencer darah) yang paling sering digunakan dalam dunia medis. Fungsinya krusial dalam mencegah dan mengobati berbagai kondisi tromboembolik, seperti trombosis vena dalam (DVT), emboli paru (PE), dan pencegahan pembekuan darah selama prosedur medis seperti hemodialisis atau operasi jantung.
Pemberian heparin memerlukan ketelitian dan pemahaman mendalam mengenai farmakologi serta prinsip dosisnya. Kesalahan dalam pemberian dapat berakibat fatal, mulai dari risiko perdarahan yang tidak terkontrol hingga kegagalan pengobatan karena dosis yang terlalu rendah.
Secara umum, terdapat dua jenis heparin yang sering digunakan: Heparin Tidak Terfraksi (UFH) dan Heparin Berat Molekul Rendah (LMWH), seperti Enoxaparin. Perbedaan utama terletak pada cara kerjanya, waktu paruh, dan kebutuhan pemantauan laboratorium.
UFH biasanya diberikan secara intravena (IV) melalui infus kontinu atau injeksi bolus. Jalur IV memungkinkan kontrol dosis yang sangat cepat dan presisi, menjadikannya pilihan utama untuk penanganan kondisi akut atau ketika diperlukan pemantauan ketat terhadap waktu protrombin (aPTT).
LMWH, seperti Enoxaparin, umumnya diberikan melalui injeksi subkutan (SC) dengan dosis tetap berdasarkan berat badan pasien. Pemberian LMWH lebih praktis karena tidak memerlukan pemantauan aPTT rutin (meskipun pemantauan anti-Xa mungkin diperlukan pada populasi tertentu). Injeksi SC harus dilakukan di jaringan lemak abdomen, menghindari area sekitar pusar dan bekas luka.
Keamanan dalam pemberian heparin sangat bergantung pada dosis yang tepat. Dosis harus disesuaikan berdasarkan indikasi klinis, berat badan pasien, fungsi ginjal (terutama untuk LMWH), dan adanya risiko perdarahan.
Untuk UFH yang diberikan IV, pemantauan waktu Tromboplastin Parsial Teraktivasi (aPTT) adalah wajib. Sampel darah diambil pada interval waktu tertentu setelah inisiasi atau perubahan dosis untuk memastikan nilai aPTT berada dalam rentang terapeutik yang ditetapkan oleh protokol rumah sakit (biasanya antara 60 hingga 90 detik, tergantung pedoman).
Dosis LMWH bersifat lebih prediktif. Penting untuk menghitung dosis berdasarkan miligram per kilogram berat badan (mg/kg). Misalnya, dosis pencegahan DVT sering kali berbeda dengan dosis pengobatan PE atau DVT aktif. Tenaga medis harus memastikan pasien tidak memiliki kontraindikasi, seperti gagal ginjal berat.
Teknik injeksi yang salah dapat menyebabkan hematoma, nyeri, atau penyerapan obat yang tidak optimal. Untuk injeksi subkutan (SC) heparin, langkah-langkah berikut sangat penting:
Kesalahan umum lainnya adalah menyalahartikan LMWH sebagai obat yang boleh diberikan secara IM (intramuskular). Pemberian LMWH IM sangat tidak dianjurkan karena risiko tinggi menyebabkan hematoma otot yang besar dan nyeri hebat. Fokus utama harus selalu pada dosis yang akurat, rute pemberian yang sesuai, dan pemantauan parameter koagulasi jika diindikasikan.