Peternakan ayam broiler merupakan salah satu sektor agribisnis yang sangat menjanjikan, namun keberhasilannya sangat bergantung pada manajemen pakan. Salah satu fase krusial dalam siklus hidup broiler adalah fase akhir, yang membutuhkan pakan ayam broiler finisher yang diformulasikan secara spesifik. Fase finisher, yang umumnya dimulai dari usia 28 hari hingga panen (sekitar 35-40 hari), adalah penentu utama efisiensi konversi pakan (FCR) dan kualitas daging yang dihasilkan.
Ilustrasi: Perkembangan ayam menjelang masa panen.
Peran Kritis Pakan Finisher
Fase finisher adalah periode di mana ayam harus memaksimalkan pertambahan bobot badan dalam waktu singkat sambil memastikan kualitas daging (rendemen) tetap optimal. Nutrisi yang terkandung dalam pakan ayam broiler finisher difokuskan pada peningkatan deposisi daging putih (dada) dan lemak minimal. Berbeda dengan pakan starter atau grower, komposisi makro nutrisi, terutama protein dan energi, disesuaikan drastis.
Pada tahap ini, kebutuhan energi metabolisme (ME) biasanya ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan cepat. Namun, kandungan protein kasar (Crude Protein/CP) cenderung diturunkan dibandingkan fase grower. Penurunan protein ini dilakukan untuk mendorong efisiensi energi tubuh ayam agar tidak terbuang dalam proses sintesis protein berlebihan yang tidak efisien pada usia tersebut. Tujuan utama adalah mencapai bobot panen sesuai standar komersial dengan biaya pakan seefisien mungkin.
Komposisi Nutrisi Utama Pakan Finisher
Formulasi pakan ayam broiler finisher harus sangat presisi. Kesalahan sedikit saja dalam formulasi dapat berdampak signifikan pada FCR dan tingkat kematian. Berikut adalah komponen kunci yang harus diperhatikan:
- Protein Kasar: Umumnya berkisar antara 18% hingga 21%. Penurunan dari fase grower bertujuan mengurangi biaya produksi sekaligus menjaga kualitas karkas.
- Energi Metabolisme (ME): Energi harus tinggi, seringkali mencapai 3100-3300 Kkal/kg, untuk memaksimalkan deposisi energi menjadi massa otot.
- Asam Amino: Rasio Lisin dan Metionin yang termetabolisasi harus dijaga ketat. Metionin sering menjadi asam amino pembatas kedua setelah Lisin dalam formulasi ini.
- Serat Kasar: Harus dijaga rendah untuk memastikan daya cerna maksimal.
Dampak Pemberian Pakan Finisher yang Tepat
Memilih pakan ayam broiler finisher yang berkualitas tinggi bukan sekadar masalah memasukkan pelet ke dalam tempat pakan. Ini adalah investasi langsung pada profitabilitas peternakan. Pakan yang baik akan memberikan hasil sebagai berikut:
- Peningkatan FCR: Pakan yang sangat dapat dicerna akan menghasilkan FCR yang lebih rendah (misalnya, mencapai 1.4:1 atau lebih baik). Ini berarti lebih sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram daging.
- Keseragaman Bobot Badan: Pakan yang seimbang memastikan semua ayam dalam kandang tumbuh seragam, memudahkan proses sortir saat panen.
- Kualitas Karkas Optimal: Pengaturan nutrisi yang tepat meminimalkan akumulasi lemak abdominal dan memastikan persentase daging dada yang tinggi sesuai permintaan pasar.
Ketersediaan air minum yang bersih dan segar selama fase finisher juga menjadi faktor tak terpisahkan. Dehidrasi sekecil apapun dapat mengurangi nafsu makan dan memperburuk efisiensi pakan. Peternak harus secara rutin memonitor konsumsi pakan dan menyesuaikan kepadatan kandang agar ayam dapat mengakses tempat pakan dan minum tanpa hambatan.
Strategi Pemilihan Pakan
Saat memilih pakan ayam broiler finisher, pertimbangkan tiga aspek utama: ketersediaan bahan baku lokal, reputasi produsen pakan, dan hasil uji coba di peternakan Anda sendiri. Setiap jenis ayam broiler (strain) mungkin memiliki respons yang sedikit berbeda terhadap komposisi nutrisi yang sama. Dokumentasikan performa harian, terutama persentase mortalitas dan estimasi berat badan, untuk memvalidasi apakah pakan yang digunakan sudah mencapai potensi maksimal ayam Anda sebelum masuk ke tahap pemanenan.
Mengoptimalkan fase finisher adalah kunci penutupan siklus budidaya yang sukses. Fokus pada nutrisi yang padat energi dan seimbang dalam asam amino akan memastikan setiap rupiah yang diinvestasikan pada pakan menghasilkan bobot panen yang maksimal dan menguntungkan.