Setiap hari, rumah tangga menghasilkan timbunan sampah organik yang jika tidak dikelola dengan baik akan berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Timbunan ini tidak hanya menyebabkan polusi visual dan bau, tetapi juga menghasilkan gas metana yang merupakan gas rumah kaca berbahaya. Kabar baiknya, kita bisa secara aktif berpartisipasi dalam mengurangi volume sampah sekaligus menciptakan sumber daya berharga melalui proses sederhana: mengolah sampah menjadi kompos.
Kompos adalah hasil dekomposisi alami dari bahan organik oleh mikroorganisme. Alih-alih melihat sampah sisa makanan atau potongan rumput sebagai beban, kita bisa melihatnya sebagai pupuk alami yang kaya nutrisi. Mengolah sampah menjadi kompos memiliki beberapa manfaat krusial:
Proses pengomposan memerlukan keseimbangan antara bahan 'hijau' (kaya nitrogen) dan bahan 'cokelat' (kaya karbon), serta udara dan kelembaban. Prinsip dasarnya adalah menyediakan lingkungan yang ideal bagi bakteri pengurai untuk bekerja optimal.
Langkah pertama dalam mengolah sampah menjadi kompos adalah memisahkan sampah organik dari anorganik. Bahan yang ideal untuk kompos meliputi:
Hindari memasukkan daging, tulang, produk susu, atau minyak karena dapat menarik hama dan memperlambat proses penguraian.
Kunci utama keberhasilan kompos adalah menjaga rasio Karbon terhadap Nitrogen (C:N). Rasio ideal adalah sekitar 25:1 hingga 30:1. Dalam praktik rumah tangga, ini diterjemahkan menjadi perbandingan volume sekitar dua hingga tiga bagian bahan cokelat untuk setiap satu bagian bahan hijau. Jika kompos terlalu basah dan berbau busuk, tambahkan lebih banyak bahan cokelat (daun kering). Jika terlalu kering dan prosesnya lambat, tambahkan sedikit bahan hijau atau siram air.
Pengomposan yang efisien adalah proses aerobik, artinya membutuhkan oksigen. Tempatkan bahan dalam wadah yang memiliki ventilasi (lubang udara). Untuk mengelola tumpukan kompos, lakukan pembalikan (aerasi) minimal seminggu sekali menggunakan garpu kompos. Tumpukan harus lembab seperti spons yang diperas, tidak becek. Jika perlu, tambahkan air secara berkala.
Setelah bahan dicampur dan ditempatkan dalam wadah, proses penguraian akan dimulai. Anda akan melihat suhu tumpukan meningkat—ini pertanda baik bahwa mikroorganisme sedang bekerja keras. Proses ini bisa memakan waktu antara 2 hingga 6 bulan, tergantung pada ukuran partikel dan seberapa sering Anda membalik tumpukan.
Kompos matang sempurna ketika warnanya sudah gelap kecoklatan, teksturnya remah, dan baunya seperti tanah hutan yang segar—tidak ada lagi bau sampah sama sekali. Kompos yang siap pakai ini adalah nutrisi premium gratis untuk tanaman Anda. Dengan konsisten mengolah sampah menjadi kompos, Anda telah menutup lingkaran nutrisi dan menciptakan dampak positif nyata bagi lingkungan sekitar.