Simbol Maulid dan Kenangan M

Ilustrasi simbolik peringatan Maulid

Menggali Makna Maulid Azab Bersama Abah Guru Sekumpul

Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen sakral bagi umat Islam di seluruh dunia. Namun, di kalangan jamaah besar yang mengikuti jejak spiritual Abah Guru Sekumpul (KH. Zaini Abdul Ghani), peringatan ini seringkali dibahas dalam konteks yang lebih mendalam, yang kadang disebut sebagai 'Maulid Azab'. Istilah ini bukan bermakna azab kemurkaan, melainkan sebuah penekanan spiritual tentang pentingnya introspeksi dan kesiapan menghadapi hari akhir, sebagaimana dicontohkan oleh akhlak mulia Rasulullah SAW.

Abah Guru Sekumpul dikenal karena kedalaman ilmunya dan pengaruhnya yang luas, terutama di Kalimantan Selatan. Pengajian dan peringatan hari besar yang beliau pimpin selalu menarik jutaan jamaah. Dalam konteks Maulid, fokusnya kerap diarahkan pada implementasi ajaran Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. 'Azab' di sini sering diartikan sebagai peringatan keras (tadzkirah) agar umat tidak terlena dengan kemaksiatan, sebab keteladanan Rasulullah adalah jalan keselamatan dari siksa dunia dan akhirat.

Keteladanan dalam Cinta dan Ketaatan

Inti dari setiap peringatan Maulid, termasuk yang ditekankan oleh Abah Guru Sekumpul, adalah meneladani sifat-sifat Rasulullah. Beliau mengajarkan bahwa kecintaan sejati kepada Nabi tidak cukup hanya diungkapkan melalui pembacaan syair-syair indah, melainkan harus terwujud dalam perilaku yang mencerminkan rahmatan lil ‘alamin. Kehidupan Rasulullah adalah manifestasi sempurna dari kesabaran, kedermawanan, dan keadilan.

Peringatan Maulid menjadi momentum evaluasi diri. Sudah sejauh mana umat mengikuti sunnahnya? Apakah salat kita sudah khusyuk? Apakah muamalah kita telah mencerminkan akhlak Islam yang mulia? Pertanyaan-pertanyaan reflektif inilah yang seringkali menjadi 'biru langit' bagi para jamaah yang hadir dalam majelis yang diadakan di Martapura atau acara-acara yang mengacu pada panduan beliau.

Peran Pengajian dalam Menjaga Spiritualitas

Majelis ilmu yang sering diadakan, khususnya saat Maulid, berfungsi sebagai benteng spiritual. Abah Guru Sekumpul melalui para penerusnya selalu menekankan pentingnya berjamaah dan menjaga tali silaturahmi ukhuwah Islamiyah. Dalam keramaian tersebut, energi spiritual kolektif menjadi semakin kuat, mengingatkan setiap individu bahwa mereka adalah bagian dari umat besar yang harus saling mengingatkan dalam kebaikan.

Konsep Maulid yang menekankan 'azab' juga dapat ditafsirkan sebagai upaya membangkitkan rasa takut yang positif (khauf) kepada Allah SWT, yang diiringi dengan harap (raja') yang besar atas rahmat-Nya, sebagaimana yang selalu diajarkan oleh para wali dan ulama terdahulu. Dengan mengingat penderitaan Nabi dalam menyebarkan risalah, umat didorong untuk lebih bersyukur atas nikmat Islam yang telah diterima.

Warisan Dakwah yang Terus Mengalir

Meskipun Abah Guru Sekumpul telah wafat, semangat peringatan Maulid dengan nuansa penekanan spiritual tersebut tetap hidup. Para jamaah dan penerus dakwahnya senantiasa berusaha menjaga tradisi pengajian yang kaya akan nasihat batin dan tuntunan praktis. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa cinta kepada Rasul harus dibuktikan dengan komitmen tanpa kompromi terhadap syariat dan akhlak.

Singkatnya, Maulid Azab dalam perspektif Abah Guru Sekumpul adalah panggilan untuk bertobat, meningkatkan ibadah, dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai standar tertinggi dalam setiap langkah kehidupan. Ini adalah perayaan yang diwarnai dengan kesungguhan dan janji untuk menjadi hamba yang lebih baik di hadapan Allah SWT dan Rasul-Nya.

🏠 Homepage