Biji aprikot seringkali dianggap limbah, padahal memiliki potensi nutrisi.
Aprikot (Prunus armeniaca) dikenal luas karena buahnya yang manis dan kaya vitamin A. Namun, jarang dibahas bahwa bagian dalam dari bijinya—sering disebut kernel—memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional dan perdebatan ilmiah modern. Biji ini dibungkus dalam cangkang keras yang melindunginya. Setelah diproses atau dikonsumsi dengan cara tertentu, kernel aprikot menawarkan serangkaian senyawa yang menarik perhatian, terutama terkait kandungan amigdalin.
Secara umum, biji aprikot (setelah dikeluarkan dari cangkangnya) mengandung lemak sehat, serat, protein, serta berbagai mineral penting seperti magnesium dan kalium. Namun, daya tarik utamanya terletak pada kandungan glikosida sianogenik, yaitu senyawa yang dikenal sebagai amigdalin.
Amigdalin adalah zat yang menjadi pusat diskusi mengenai manfaat dan risiko biji aprikot. Ketika dicerna, amigdalin dapat melepaskan hidrogen sianida (HCN). Inilah mengapa konsumsi biji aprikot harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan dalam dosis terkontrol.
Meskipun kontroversial karena kandungan sianida, para pendukung pengobatan alternatif seringkali menyoroti beberapa kegunaan potensial dari kernel aprikot, terutama yang berasal dari varietas yang lebih manis (yang secara alami mengandung kadar amigdalin lebih rendah). Beberapa manfaat yang diklaim meliputi:
Di beberapa budaya Asia Tengah, kernel aprikot telah digunakan secara tradisional sebagai penambah rasa (mirip almond pahit) dalam masakan atau sebagai obat herbal. Di Timur Tengah, minyak yang diekstrak dari biji ini terkadang digunakan untuk perawatan kulit karena sifat emoliennya.
Secara modern, biji aprikot sebagian besar diolah menjadi suplemen atau dijual utuh. Namun, praktik ini semakin diawasi ketat oleh otoritas keamanan pangan di banyak negara karena potensi toksisitasnya.
Penting untuk membedakan antara biji aprikot manis (yang mungkin lebih aman dalam jumlah terbatas) dan biji aprikot pahit (yang sangat tinggi amigdalin). Asupan berlebihan dapat menyebabkan keracunan sianida, yang gejalanya meliputi mual, muntah, sakit kepala, hingga koma.
Badan keamanan pangan seperti European Food Safety Authority (EFSA) telah memberikan batasan harian yang sangat rendah untuk konsumsi biji aprikot mentah. Misalnya, bagi orang dewasa, batas aman seringkali ditetapkan tidak lebih dari 1-3 biji kecil per hari, tergantung kadar amigdalinnya.
Kesimpulannya, kegunaan biji aprikot mencakup potensi nutrisi sebagai sumber lemak dan serat, namun penggunaannya dibayangi oleh kandungan amigdalin. Jika ingin mencobanya, lakukan dengan sangat moderat, sadari risikonya, dan utamakan keamanan di atas klaim manfaat yang belum teruji secara klinis.