Infeksi bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) adalah salah satu infeksi bakteri kronis yang paling umum di dunia, seringkali menjadi penyebab utama tukak lambung (ulkus peptikum) dan meningkatkan risiko kanker lambung. Untuk mendeteksi paparan masa lalu atau infeksi aktif, berbagai metode tes digunakan, salah satunya adalah tes antibodi IgG spesifik, atau IGG Anti Helicobacter Pylori.
Antibodi Imunoglobulin G (IGG) adalah jenis antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap paparan patogen atau antigen tertentu. Ketika tubuh terinfeksi oleh bakteri H. pylori, sistem imun akan mulai memproduksi antibodi IGG untuk melawannya. Tes darah IGG Anti H. Pylori bertujuan untuk mengukur kadar antibodi spesifik ini dalam aliran darah.
Penting untuk dipahami bahwa tes IGG menunjukkan bahwa seseorang pernah terpapar bakteri tersebut, baik saat ini masih terinfeksi maupun pernah terinfeksi di masa lampau dan kemudian berhasil dieliminasi oleh tubuh atau pengobatan. Berbeda dengan tes napas urea atau tes antigen feses yang umumnya mengindikasikan infeksi aktif saat pengujian dilakukan.
Ilustrasi deteksi antibodi IGG dalam darah terhadap H. Pylori.
Hasil tes IGG Anti H. Pylori biasanya dilaporkan sebagai positif, negatif, atau meragukan (indeterminate). Interpretasi yang akurat memerlukan pemahaman konteks klinis pasien.
Hasil negatif umumnya berarti bahwa pasien tidak menunjukkan respons antibodi terhadap H. pylori. Ini bisa berarti:
Hasil positif menunjukkan adanya antibodi IGG dalam tingkat yang signifikan, yang mengindikasikan paparan sebelumnya atau infeksi saat ini. Namun, interpretasi positif harus hati-hati:
Hasil ini memerlukan pengujian ulang atau konfirmasi dengan metode tes lain. Ini terjadi ketika tingkat antibodi berada di ambang batas deteksi laboratorium.
Seperti semua metode diagnostik, tes IGG memiliki peran spesifik dalam manajemen klinis H. pylori:
Tes IGG sangat berguna dalam situasi berikut:
Jika hasil tes IGG positif, dokter biasanya akan merekomendasikan tes konfirmasi infeksi aktif sebelum memulai terapi antibiotik kombinasi yang dikenal sebagai terapi eradikasi.
Setelah pasien menjalani pengobatan yang bertujuan memberantas H. pylori (biasanya kombinasi dua atau tiga antibiotik bersama dengan penghambat pompa proton), dokter akan menggunakan tes ulang untuk memverifikasi keberhasilan pengobatan. Tes yang direkomendasikan untuk verifikasi pasca-pengobatan adalah tes yang mengukur keberadaan bakteri aktif itu sendiri, yaitu tes antigen feses atau tes napas urea, bukan tes IGG. Penurunan kadar IGG bisa memakan waktu lama, sehingga hasil positif IGG beberapa bulan setelah terapi tidak serta merta berarti pengobatan gagal.
Kesimpulannya, tes IGG Anti Helicobacter Pylori adalah alat diagnostik yang cepat dan non-invasif untuk mengetahui paparan masa lalu terhadap bakteri penyebab masalah lambung ini. Namun, interpretasinya harus selalu dilakukan bersamaan dengan gejala klinis dan dikonfirmasi oleh metode tes lain jika tujuan utama adalah mendeteksi infeksi yang sedang berlangsung.