Apendisitis, atau usus buntu meradang, adalah kondisi medis darurat yang terjadi ketika apendiks—kantong kecil yang menempel pada usus besar—mengalami peradangan dan infeksi. Jika tidak ditangani dengan cepat melalui operasi (apendektomi), apendiks yang pecah dapat menyebabkan peritonitis, infeksi serius pada rongga perut yang mengancam nyawa. Mengenali gejala apendisitis sejak dini adalah kunci keberhasilan pengobatan.
Meskipun sering kali gejala muncul secara bertahap, kecepatan perkembangan gejala sangat bervariasi antar individu. Memahami pola khas nyeri perut adalah langkah pertama yang paling penting dalam mendiagnosis kondisi ini.
Gejala apendisitis klasik biasanya berkembang dalam beberapa jam. Perubahan pola nyeri sering kali menjadi penanda paling signifikan:
Selain nyeri perut yang khas, terdapat serangkaian gejala penyerta yang memperkuat dugaan adanya apendisitis:
Penting untuk dicatat bahwa presentasi gejala apendisitis tidak selalu seragam. Kelompok tertentu mungkin mengalami gejala yang sedikit berbeda:
Pada anak-anak, sulit membedakan antara nyeri perut biasa dan apendisitis. Mereka mungkin hanya menunjukkan iritabilitas yang ekstrem atau muntah tanpa bisa mengeluh secara spesifik tentang lokasi nyeri. Pada wanita, gejala nyeri perut kanan bawah harus dibedakan dari kondisi ginekologis seperti kista ovarium yang pecah atau kehamilan ektopik.
Sementara itu, pada lansia, respons peradangan seringkali lebih tumpul. Demam mungkin tidak signifikan, dan nyeri perut bisa terasa kurang intens, yang dapat menunda diagnosis dan meningkatkan risiko komplikasi.
Apendisitis adalah kondisi yang membutuhkan diagnosis dan intervensi bedah cepat. Jangan pernah mengabaikan kombinasi gejala berikut:
Jika Anda atau seseorang di sekitar Anda mengalami tanda-tanda tersebut, segera kunjungi unit gawat darurat terdekat. Penundaan dapat meningkatkan risiko perforasi apendiks, yang secara signifikan memperburuk prognosis dan pemulihan.