Anyang-anyangan, atau dalam istilah medis dikenal sebagai disuria, adalah kondisi yang sangat mengganggu di mana seseorang merasakan nyeri, sensasi terbakar, atau ketidaknyamanan saat buang air kecil. Meskipun sering diasosiasikan dengan infeksi saluran kemih (ISK) pada wanita, kondisi ini juga umum terjadi pada laki-laki dan sering kali menjadi penanda adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.
Pada pria, sistem saluran kemih memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan wanita, sehingga penyebab anyang-anyangan bisa lebih beragam. Mengenali gejala awal dan penyebabnya adalah langkah krusial untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Apa Saja Gejala Anyang-Anyangan pada Pria?
Gejala utama dari anyang-anyangan adalah rasa sakit atau perih saat urine keluar. Namun, gejala ini jarang muncul sendirian. Pria yang mengalami kondisi ini mungkin juga menunjukkan gejala penyerta lainnya yang bisa memberikan petunjuk mengenai sumber masalah:
- Frekuensi Buang Air Kecil yang Meningkat: Merasa ingin buang air kecil terus-menerus, bahkan setelah baru saja ke kamar mandi.
- Nyeri Suprapubik: Rasa tidak nyaman atau nyeri di area perut bagian bawah, tepat di atas tulang kemaluan.
- Urine Berbau Tidak Sedap atau Keruh: Perubahan signifikan pada penampilan dan aroma urine bisa mengindikasikan adanya infeksi atau masalah lain.
- Urine Berdarah (Hematuria): Adanya bercak darah dalam urine, meskipun terkadang darah tidak terlihat oleh mata telanjang (mikroskopis).
- Urgency (Dorongan Mendesak): Merasa dorongan sangat kuat dan tiba-tiba untuk segera buang air kecil.
- Nyeri Panggul atau Pinggang: Rasa sakit bisa menjalar ke area punggung bagian bawah atau pinggang jika infeksi sudah mencapai ginjal.
- Kesulitan Memulai Aliran Urine (Hesitancy): Terutama pada pria yang lebih tua, kesulitan memulai proses berkemih.
Penyebab Umum Anyang-Anyangan pada Pria
Penyebab anyang-anyangan pada pria bervariasi, mulai dari infeksi ringan hingga kondisi kronis yang memerlukan perhatian medis serius. Beberapa penyebab utamanya meliputi:
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Meskipun lebih jarang pada pria muda, ISK tetap bisa terjadi. Bakteri masuk ke uretra dan bergerak menuju kandung kemih atau bahkan prostat. Gejala ISK sering disertai demam ringan dan rasa tidak nyaman umum.
2. Prostatitis (Peradangan Prostat)
Prostat adalah kelenjar kecil di bawah kandung kemih yang mengelilingi uretra. Peradangan pada prostat (prostatitis) adalah penyebab sangat umum dari gejala iritasi saluran kemih pada pria. Prostatitis bisa disebabkan oleh infeksi bakteri atau peradangan non-bakteri. Rasa sakit saat ejakulasi juga sering menyertai kondisi ini.
3. Pembesaran Prostat Jinak (BPH)
Pada pria usia paruh baya ke atas, pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia) dapat menekan uretra, menyebabkan urine mengalir tidak lancar. Hal ini sering mengakibatkan kandung kemih tidak kosong sempurna, yang memicu iritasi dan rasa nyeri saat mencoba berkemih.
4. Batu Saluran Kemih
Batu yang terbentuk di ginjal atau kandung kemih dapat bergerak dan menyumbat aliran urine. Ketika batu mendekati atau melewati uretra, rasa sakit yang hebat saat buang air kecil (kolik renal) sering terjadi, disertai nyeri hebat yang datang dan pergi.
5. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Beberapa IMS seperti gonore atau klamidia dapat menyebabkan peradangan pada uretra (uretritis), yang manifestasinya sangat mirip dengan gejala ISK, termasuk rasa perih saat kencing.
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Meskipun beberapa kasus anyang-anyangan bisa sembuh dengan sendirinya setelah minum banyak air, pria tidak boleh menyepelekannya. Jika Anda mengalami gejala berikut, segera cari bantuan medis profesional:
- Gejala tidak membaik dalam waktu 24 hingga 48 jam.
- Demam tinggi dan menggigil menyertai nyeri saat buang air kecil.
- Nyeri parah di punggung, pinggang, atau perut bagian samping (flank pain).
- Ketidakmampuan total untuk buang air kecil (retensi urine akut).
- Adanya darah yang terlihat jelas dalam urine.
Diagnosis dini oleh dokter (biasanya dokter umum atau urolog) sangat penting. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, mungkin mengambil sampel urine untuk kultur, dan merekomendasikan pengobatan yang sesuaiāmulai dari antibiotik untuk infeksi hingga terapi spesifik untuk masalah prostat.