Ayam broiler merupakan jenis ayam pedaging yang pertumbuhannya sangat cepat. Keberhasilan dalam beternak ayam broiler sangat bergantung pada manajemen yang tepat, mulai dari persiapan kandang hingga penanganan pasca panen. Memahami cara mengurus ayam broiler secara efektif adalah kunci untuk mendapatkan hasil maksimal dan meminimalkan risiko kerugian.
1. Persiapan Kandang dan Litter (Alas)
Langkah awal dalam cara mengurus ayam broiler adalah memastikan kandang siap sebelum DOC (Day Old Chick) tiba. Kesiapan kandang mempengaruhi kesehatan dan tingkat mortalitas ayam.
A. Sanitasi dan Desinfeksi
Kandang harus dikosongkan minimal 14 hari (biosekuriti) setelah pemanenan ayam sebelumnya. Bersihkan semua kotoran, cuci kandang menggunakan deterjen, lalu semprotkan desinfektan yang direkomendasikan. Pastikan kandang kering total sebelum pemasangan litter.
B. Litter dan Pemanasan
Litter (alas kandang, biasanya sekam padi) harus memiliki ketebalan ideal antara 7 hingga 10 cm. Litter yang baik menjaga kelembapan dan mencegah kontak langsung ayam dengan beton.
Broiler sangat sensitif terhadap suhu. Suhu ideal pada minggu pertama adalah sekitar 30°C hingga 32°C. Gunakan pemanas (brooder) yang memadai dan pastikan suhu merata di area pemanas.
2. Manajemen Pakan dan Air Minum
Nutrisi adalah penentu utama kecepatan pertumbuhan broiler. Tiga fase pakan utama yang digunakan adalah starter, grower, dan finisher.
A. Fase Starter (0–10 Hari)
- Berikan pakan starter dengan protein tinggi (sekitar 22-24%).
- Pakan harus mudah dijangkau. Di hari pertama, sebarkan pakan di atas kertas koran/karton sebagai pengenalan.
- Pastikan air minum selalu tersedia dan bersih. Gunakan vitamin atau elektrolit pada 3 hari pertama untuk mengurangi stres pasca kedatangan.
B. Fase Grower dan Finisher (Setelah Hari ke-10)
Selanjutnya, ganti pakan secara bertahap (transisi) ke pakan grower (protein sekitar 18-20%) hingga menjelang panen, kemudian pindah ke pakan finisher (protein lebih rendah).
Kepadatan tempat pakan dan minum harus disesuaikan dengan jumlah populasi agar semua ayam mendapatkan akses pakan yang cukup. Jaga kebersihan nipple drinker (tempat minum otomatis) karena air yang kotor adalah sumber penyakit utama.
3. Pengaturan Kepadatan dan Ventilasi
Salah satu aspek krusial dalam cara mengurus ayam broiler adalah menjaga kualitas lingkungan kandang.
Kepadatan Ideal
Kepadatan kandang yang terlalu tinggi menyebabkan ayam stres, pertumbuhan terhambat, dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan akibat amonia tinggi. Standar umum adalah sekitar 10 hingga 12 ekor per meter persegi, tergantung sistem kandang (terbuka atau tertutup).
Ventilasi dan Kualitas Udara
Ventilasi bertujuan mengganti udara kotor (kaya CO2 dan Amonia) dengan udara segar. Amonia yang tinggi, yang berasal dari kotoran ayam, adalah musuh utama broiler. Jika tercium bau menyengat di dalam kandang, segera perbaiki ventilasi atau ganti sebagian litter yang basah.
4. Kesehatan dan Pencegahan Penyakit (Biosekuriti)
Pencegahan jauh lebih mudah dan murah daripada pengobatan. Implementasikan biosekuriti ketat:
- Batasi akses orang luar ke dalam kandang.
- Sediakan bak desinfektan di pintu masuk.
- Lakukan vaksinasi sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter hewan atau ahli peternakan (biasanya vaksin ND, Gumboro).
- Cek kondisi ayam setiap hari. Tanda ayam sakit meliputi lesu, nafsu makan turun, dan diare parah. Segera isolasi atau tangani ayam yang sakit agar tidak menular.
5. Monitoring Bobot Badan
Untuk memastikan program pakan berhasil, lakukan penimbangan sampel ayam secara rutin (minimal 2-3 kali seminggu). Bobot badan yang sesuai dengan standar komersial (misalnya mencapai 1.8–2.0 kg pada usia 30–35 hari) menunjukkan bahwa cara mengurus ayam broiler Anda sudah berada di jalur yang benar.
Jika bobot melenceng jauh dari standar, evaluasi kembali kualitas pakan, manajemen suhu, dan kondisi lingkungan kandang.
Kesimpulan
Kesuksesan beternak ayam broiler membutuhkan perhatian detail pada setiap tahapan. Mulai dari persiapan kandang yang higienis, manajemen pakan yang tepat sesuai fase pertumbuhan, hingga menjaga kualitas udara, semuanya berkontribusi pada Return of Investment (ROI) yang optimal.