Sampah organik, yang mencakup sisa makanan, potongan rumput, daun kering, dan kotoran hewan, seringkali menjadi masalah besar bagi lingkungan jika dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir (TPA). Namun, di balik masalah tersebut, tersimpan potensi besar untuk diubah menjadi sumber daya berharga: kompos.
Mengolah sampah organik menjadi kompos adalah proses alami di mana mikroorganisme menguraikan materi biologis menjadi humus yang kaya nutrisi. Kompos ini sangat penting untuk meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, serta mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia sintetis. Proses ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomis bagi rumah tangga atau komunitas.
Kunci keberhasilan dalam pembuatan kompos adalah keseimbangan antara bahan kaya karbon (C) dan bahan kaya nitrogen (N). Rasio ideal yang disarankan adalah sekitar 25:1 hingga 30:1 (C:N). Tanpa keseimbangan ini, proses dekomposisi akan berjalan sangat lambat atau malah menimbulkan bau busuk.
Untuk mempercepat proses, Anda bisa menambahkan sedikit tanah kebun atau kompos lama yang sudah jadi. Ini akan menyuntikkan mikroorganisme yang dibutuhkan ke dalam tumpukan baru Anda. Hindari memasukkan produk susu, daging, tulang, atau minyak karena dapat menarik hama dan menyebabkan bau yang tidak sedap.
Pengendalian suhu juga penting. Tumpukan yang sehat akan menghasilkan panas hingga 50-65°C, yang membantu membunuh biji gulma dan patogen. Jika tumpukan tidak memanas, kemungkinan besar rasio C:N tidak seimbang atau terlalu kering. Jika tumpukan terlalu panas (di atas 70°C), itu berarti terlalu banyak nitrogen, dan Anda perlu menambahkan lebih banyak bahan cokelat.