Surat Az-Zumar, yang berarti "Rombongan-rombongan," adalah surat ke-39 dalam Al-Qur'an yang kaya akan makna tentang tauhid, hari kiamat, dan hakikat kehidupan manusia. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, terdapat **Azzumar ayat 4**, sebuah ayat yang seringkali menjadi penenang bagi jiwa yang mendambakan keadilan mutlak. Ayat ini menekankan bahwa Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) dengan kebenaran yang nyata, sebuah fondasi bagi semua perhitungan dan pertanggungjawaban.
Ayat ini secara spesifik menegaskan tentang tujuan penurunan Al-Qur'an dan konsekuensi logis dari kebenaran yang dibawanya. Inti dari **Azzumar ayat 4** adalah pengakuan bahwa Allah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa kebenaran sejati. Tujuan utama dari kebenaran ini adalah agar manusia dapat menghukumi (memutuskan perkara) di antara sesama manusia berdasarkan keadilan, bukan hawa nafsu atau prasangka.
Bagian pertama ayat ini memperkenalkan sebuah realitas pahit: meskipun wahyu datang membawa kebenaran yang jelas, manusia tetap terbagi dan berselisih. Mengapa ini terjadi? Karena hati manusia memiliki kecenderungan alami untuk memilih jalan yang sesuai dengan keinginan atau kepentingan mereka, meskipun kebenaran telah disajikan secara gamblang.
Ayat ini menunjukkan bahwa kebenaran Ilahi terkadang berfungsi sebagai ujian pemisah. Ketika kebenaran (Al-Haqq) hadir, ia menuntut sebuah pilihan. Pilihan ini tidak memengaruhi Allah, melainkan hanya memengaruhi individu yang memilih. "Barangsiapa yang diberi petunjuk, dia menunjuki dirinya sendiri." Ini adalah konsep tanggung jawab individu yang sangat kuat. Hidayah (petunjuk) adalah karunia yang harus diterima dan diamalkan. Hasil dari petunjuk tersebut kembali kepada orang yang menerimanya dalam bentuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sebaliknya, bagi mereka yang memilih kesesatan, kerugian yang mereka alami murni adalah akibat dari pilihan sadar mereka sendiri. Ayat ini membebaskan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dari beban untuk memaksa setiap orang beriman. Kalimat penutup, "Dan kamu (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara mereka," menegaskan bahwa tugas rasul adalah menyampaikan, bukan memaksa. Pemeliharaan dan penetapan hati sepenuhnya berada di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dalam konteks modern, di mana informasi membanjiri dan perdebatan seringkali didasarkan pada opini ketimbang fakta, pemahaman terhadap **Azzumar ayat 4** menjadi sangat relevan. Ketika kita menemukan kebenaran yang jelas (melalui Al-Qur'an dan Sunnah), kita harus menyadari bahwa penerimaan atau penolakan kebenaran tersebut adalah cerminan dari kondisi batin kita sendiri.
Ayat ini mendorong umat Islam untuk tidak terlalu terbebani oleh respons negatif orang lain terhadap dakwah yang benar. Fokus utama harus tetap pada penegasan kebenaran itu sendiri dan konsistensi diri dalam mengamalkannya. Keadilan yang dibawa oleh Kitab Suci adalah standar absolut yang tidak bisa digoyahkan oleh tren atau mayoritas pendapat manusia. Orang yang berpegang teguh pada kebenaran ini akan menemukan ketenangan karena ia mengetahui landasan pijakannya kokoh. Ia tidak perlu khawatir dengan perselisihan duniawi karena ia telah memilih jalur yang paling pasti.
Memahami ayat ini juga menumbuhkan sikap tawakal yang benar. Setelah menyampaikan risalah dengan cara terbaik, seorang mukmin menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tugasnya adalah menjadi 'penerima petunjuk' yang bersyukur, bukan 'pemaksa petunjuk' yang kecewa. Pada akhirnya, setiap individu akan berdiri sendiri di hadapan penciptanya, bertanggung jawab penuh atas pilihan jalan yang telah diambilnya di dunia, sebagaimana janji yang terimplisit dalam kebenaran yang diturunkan dalam Kitabullah. Inilah inti dari penegasan keadilan ilahi dalam Az-Zumar ayat 4.
Keseimbangan antara petunjuk yang jelas dan kebebasan memilih manusia adalah sebuah misteri sekaligus janji Allah. Allah telah menyediakan peta jalan (Al-Qur'an) dengan kebenaran yang mutlak, dan kini, setiap jiwa bebas memilih apakah akan mengikuti peta tersebut atau tersesat dalam labirin keraguan dan hawa nafsu ciptaannya sendiri.