Ilustrasi: Peringatan tentang pemutusan hubungan spiritual.
Sholat adalah tiang agama Islam. Kedudukannya sangat fundamental, diibaratkan seperti pilar yang menopang sebuah bangunan. Jika tiang ini roboh, maka bangunan agama seseorang akan runtuh. Meninggalkan sholat, baik disengaja maupun karena kelalaian yang berkepanjangan, adalah dosa besar yang memiliki konsekuensi serius, baik di dunia maupun di akhirat.
Meninggalkan sholat bukan sekadar urusan sepele yang bisa dimaafkan dengan istighfar saja jika dilakukan secara sengaja dan tanpa penyesalan. Para ulama berbeda pendapat mengenai status hukumannya, namun kesepakatan umum adalah bahwa ini adalah salah satu dosa terbesar setelah syirik. Ketika seseorang lalai, ia kehilangan kesempatan emas untuk berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta, sumber ketenangan dan rahmat.
Konsekuensi di dunia seringkali dirasakan sebagai kegelisahan jiwa, sulitnya mencari jalan keluar dari masalah, dan hilangnya keberkahan dalam hidup. Hal ini karena sholat berfungsi sebagai 'pembersih' spiritual harian. Tanpa pembersihan ini, hati akan mudah dikotori oleh sifat-sifat buruk dan gangguan setan.
Bagi mereka yang meninggal dalam keadaan rutin meninggalkan sholat, azab kubur adalah ancaman nyata yang harus diwaspadai. Hadis-hadis shahih memberikan gambaran mengerikan mengenai keadaan orang yang meninggalkan sholat saat menghadapi sakratul maut dan siksa kubur. Jiwa mereka akan dicabut dengan cara yang menyakitkan, dan liang lahat mereka akan dipersempit seolah-olah dinding kubur saling merapat.
Malaikat Munkar dan Nakir akan memberikan pertanyaan yang mungkin terasa lebih berat bagi orang yang telah menyia-nyiakan ritual terpenting dalam hidupnya. Rasa penyesalan yang mendalam akan menyelimuti mereka ketika kesadaran akan pentingnya sholat baru muncul di tempat yang sudah tidak berguna.
Hari perhitungan adalah puncak dari segala pertanggungjawaban. Sholat adalah amal pertama yang akan dihisab. Bayangkan betapa malangnya seseorang yang tidak memiliki bekal sama sekali dalam timbangan amalnya. Jika sholatnya buruk, maka seluruh amal kebaikannya yang lain akan ikut terpengaruh.
Meskipun ancaman azab itu nyata dan mengerikan, pintu rahmat Allah selalu terbuka lebar bagi hamba-Nya yang bertaubat. Kunci utamanya adalah **kesadaran** dan **penyesalan yang tulus**. Jika seseorang baru menyadari kesalahannya setelah sekian lama lalai, ia wajib segera bertaubat nasuha (taubat yang sungguh-sungguh).
Taubat nasuha mencakup tiga hal: pertama, menyesali perbuatan masa lalu; kedua, berjanji kuat untuk tidak mengulanginya; dan ketiga, segera mengganti (qadha) sholat yang telah ditinggalkan sebanyak mungkin. Meskipun ada perbedaan pandangan ulama mengenai qadha sholat yang ditinggalkan dalam waktu sangat lama (sebelum baligh), prinsipnya adalah berusaha keras untuk kembali terikat dengan sholat lima waktu sebagai fondasi utama.
Ketakutan akan azab hendaknya menjadi motivasi untuk segera kembali ke jalan yang benar. Jangan biarkan kesibukan duniawi menipu kita hingga kita mengorbankan hubungan terpenting kita dengan Allah SWT. Sholat adalah wasilah penyelamat, bukan beban. Dengan menjaga sholat tepat waktu, kita tidak hanya menghindari ancaman azab, tetapi juga menuai ketenangan, keberkahan, dan janji surga yang kekal.
Pilihlah jalan ketenangan dunia dan keselamatan akhirat dengan mendirikan sholat. Renungkanlah konsekuensi dari kelalaian, sebelum penyesalan datang di saat yang tak terperikan.