Kedudukan Shalat dalam Islam
Shalat lima waktu merupakan tiang agama Islam. Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Shalat itu adalah tiang agama, maka barangsiapa yang mendirikannya berarti ia telah menegakkan agama, dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia telah merobohkan agama." Kedudukan ini menunjukkan betapa vitalnya ibadah ini dalam kehidupan seorang Muslim. Meninggalkannya, apalagi dengan sengaja, bukanlah perkara remeh, melainkan sebuah pelanggaran serius terhadap perintah Allah SWT.
Allah SWT telah memberikan peringatan keras bagi mereka yang mengabaikan kewajiban shalat ini. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (QS. Al-Ma’un [107]: 4-5). Ayat ini secara eksplisit menyebutkan "kecelakaan" (wail) sebagai balasan bagi mereka yang lalai atau sengaja meninggalkan shalat.
Azab di Dunia dan Akhirat
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, seorang ulama terkemuka, menjelaskan bahwa azab meninggalkan shalat terbagi menjadi dua: azab di dunia dan azab di akhirat. Di dunia, orang yang sengaja meninggalkan shalat akan merasakan kehidupan yang sempit, hati yang gelisah, dan kehilangan keberkahan dalam rezeki serta waktu mereka. Kehidupan mereka mungkin terlihat sukses secara materi, namun batin mereka akan selalu merasa hampa dan tertekan.
Peringatan Keras: Meninggalkan shalat termasuk dosa besar yang konsekuensinya sangat fatal, bahkan di kalangan ulama ada yang berpendapat bahwa orang yang sengaja meninggalkannya telah keluar dari Islam (kafir), meskipun pendapat ini masih menjadi perdebatan.
Azab di Akhirat: Pintu Neraka Jahannam
Adapun di akhirat, azabnya jauh lebih mengerikan. Selain azab umum bagi orang-orang yang berdosa, mereka yang meninggalkan shalat akan menghadapi siksaan khusus. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, disebutkan bahwa di antara orang-orang yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka akan baiklah seluruh amalnya. Sebaliknya, jika shalatnya rusak, maka akan rusaklah seluruh amalannya.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat akan dihisab dengan siksaan yang pedih. Mereka akan dihadapkan pada pertanyaan mendasar tentang kewajiban utama mereka, dan kegagalan menjawabnya akan berujung pada hukuman yang setimpal di hadapan Allah SWT. Neraka Jahannam, dengan segala kengeriannya, adalah tempat persinggahan bagi mereka yang durhaka terhadap perintah-Nya dengan mengabaikan shalat lima waktu.
Pentingnya Taubat dan Kembali
Kabar baiknya, pintu rahmat Allah SWT selalu terbuka selama nyawa masih berada di tenggorokan. Jika seseorang telah terlanjur lalai atau sengaja meninggalkan shalat, penyesalan yang tulus dan tekad kuat untuk tidak mengulanginya adalah langkah awal yang krusial. Taubat nasuha (taubat yang sebenar-benarnya) harus segera dilakukan.
Setelah bertaubat, orang tersebut wajib segera meng-qadha (mengganti) shalat-shalat yang telah ditinggalkan. Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah waktu yang harus diganti, yang terpenting adalah memulai komitmen baru untuk menjaga setiap waktu shalat dengan sempurna. Menjaga shalat bukan hanya menghindari azab, tetapi juga merupakan kunci ketenangan jiwa dan meraih keridhaan Ilahi.
Mengembalikan rutinitas shalat tepat waktu akan mendatangkan ketenangan batin, keberkahan dalam hidup, dan menjadi pelindung dari berbagai musibah dunia maupun azab akhirat. Shalat adalah koneksi langsung antara hamba dengan Penciptanya; meninggalkannya berarti memutus komunikasi suci tersebut.