Ketika Ari-Ari Tidak Keluar Sempurna: Memahami Komplikasi Pascapersalinan
Proses persalinan adalah momen yang luar biasa, namun tantangan tidak selalu berakhir setelah bayi lahir. Salah satu komplikasi yang memerlukan perhatian serius adalah kondisi di mana ari-ari tidak keluar atau tertinggal di dalam rahim. Dalam istilah medis, ini dikenal sebagai retensi plasenta.
Ari-ari (plasenta) adalah organ vital yang mendukung pertumbuhan janin selama kehamilan. Setelah bayi lahir, plasenta diharapkan akan terlepas secara alami dalam waktu 5 hingga 30 menit. Ketika proses ini terhenti atau tidak selesai, hal ini dapat menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan bagi ibu.
Apa Itu Retensi Plasenta?
Retensi plasenta terjadi ketika seluruh atau sebagian dari plasenta tetap menempel pada dinding rahim setelah proses kelahiran bayi. Kondisi ini diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan seberapa dalam plasenta menancap:
Plasenta Adhesiva (Plasenta Tertanam): Plasenta tumbuh terlalu dalam pada lapisan dinding rahim (endometrium).
Plasenta Inkreta: Plasenta menembus lapisan otot rahim (myometrium).
Plasenta Perkreta: Kasus paling serius, di mana plasenta tumbuh menembus seluruh dinding rahim hingga ke organ terdekat, seperti kandung kemih.
Faktor Risiko yang Meningkatkan Kemungkinan Ari-ari Tidak Keluar
Meskipun retensi plasenta bisa terjadi tanpa riwayat sebelumnya, beberapa faktor meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini:
Riwayat Persalinan Sebelumnya: Ibu yang pernah mengalami retensi plasenta pada kehamilan sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi.
Kelahiran Sebelumnya (Multipara): Semakin banyak jumlah kelahiran, semakin tinggi risikonya.
Operasi Rahim Sebelumnya: Bekas luka operasi (seperti kaisar atau pengangkatan mioma) dapat mengganggu pelekatan normal plasenta.
Plasenta Previa: Kondisi di mana plasenta menutupi sebagian atau seluruh leher rahim.
Kelahiran Prematur: Bayi lahir sebelum cukup bulan.
Plasenta Besar (Plasenta Besar): Misalnya pada kasus diabetes gestasional.
Bahaya Utama Jika Plasenta Tertahan
Jika plasenta tidak keluar secara utuh, bahaya utamanya adalah pendarahan hebat pascapersalinan (perdarahan postpartum). Plasenta yang menempel mencegah rahim untuk berkontraksi dengan baik. Kontraksi rahim berfungsi untuk menutup pembuluh darah di tempat plasenta menempel. Tanpa kontraksi yang efektif, pendarahan bisa menjadi masif dan mengancam nyawa.
Peringatan Medis: Jika setelah 30-60 menit persalinan, bidan atau dokter mendeteksi bahwa plasenta belum keluar sepenuhnya, tindakan medis segera sangat diperlukan. Jangan pernah mencoba menarik plasenta secara paksa di rumah.
Penanganan Medis untuk Ari-ari yang Tertahan
Penanganan akan bergantung pada kondisi ibu dan seberapa parah plasenta menempel:
Pijatan Fundus dan Oksitosin: Langkah pertama adalah mencoba merangsang kontraksi rahim dengan memijat perut bagian atas (fundus uteri) dan pemberian obat pemicu kontraksi seperti Oksitosin.
Pengeluaran Manual (Manual Removal of Placenta/MRP): Jika metode non-invasif gagal, dokter atau bidan akan memasukkan tangan ke dalam vagina dan rahim (di bawah anestesi jika diperlukan) untuk melepaskan plasenta secara hati-hati. Prosedur ini memerlukan keahlian tinggi untuk meminimalkan trauma.
Kuretase (Dilatasi dan Kuretase/D&C): Jika hanya sebagian kecil plasenta yang tersisa dan sulit dijangkau, prosedur pembersihan rahim mungkin diperlukan.
Histerektomi: Dalam kasus terburuk (terutama plasenta perkreta yang mengancam jiwa), pengangkatan rahim mungkin menjadi satu-satunya pilihan untuk menghentikan pendarahan tak terkendali.
Pencegahan dan Pengawasan
Pengawasan ketat selama proses kala tiga persalinan (fase setelah bayi lahir hingga plasenta keluar) sangat krusial. Dokter dan tenaga kesehatan dilatih untuk mengenali tanda-tanda bahaya dan melakukan intervensi yang tepat waktu. Setelah melahirkan, penting untuk memastikan bahwa plasenta yang dikeluarkan terlihat utuh dan tidak ada bagian yang tertinggal. Jika ada keraguan sekecil apa pun, pemeriksaan internal oleh profesional kesehatan wajib dilakukan.
Memahami proses persalinan dan potensi komplikasinya membantu ibu dan keluarga mempersiapkan diri secara mental dan logistik. Keterlibatan tenaga medis profesional di fasilitas kesehatan yang memadai adalah kunci untuk menangani komplikasi seperti ari-ari tidak keluar dengan aman dan efektif.