Representasi visual dari kemeriahan arak-arakan kuda.
Arak-arakan kuda, yang sering kali dikenal dengan berbagai nama lokal tergantung daerahnya, merupakan sebuah tradisi kuno yang menggabungkan unsur transportasi, pertunjukan seni, dan ritual keagamaan atau adat. Secara harfiah, "arak-arakan" merujuk pada proses pawai atau demonstrasi yang dilakukan secara berurutan dan teratur. Ketika dikaitkan dengan kuda, istilah ini merujuk pada pertunjukan di mana kuda-kuda yang terlatih dan sering kali dihias indah menarik kereta hias atau bahkan ditunggangi oleh para pelaku adat.
Di banyak kebudayaan, kuda bukan sekadar alat transportasi; ia adalah simbol kekuatan, kecepatan, status sosial, dan bahkan kesetiaan. Oleh karena itu, melibatkan kuda dalam sebuah perayaan atau upacara adat menaikkan martabat acara tersebut. Arak-arakan kuda sering kali menjadi puncak dari festival panen, peringatan hari besar, atau ritual penyambutan tokoh penting. Penampilan kuda yang terawat baik dan gerakan kereta yang selaras menjadi cerminan dari kemakmuran dan harmoni masyarakat yang menyelenggarakannya.
Salah satu aspek yang paling memikat dari arak-arakan kuda adalah proses persiapannya. Kuda-kuda pilihan diseleksi secara ketat, tidak hanya dari kekuatan fisiknya tetapi juga dari temperamennya agar mudah dikendalikan dalam keramaian. Proses dekorasi adalah ritual tersendiri. Hiasan yang digunakan bervariasi, mulai dari kain beludru yang kaya warna, untaian bunga segar, hingga ornamen logam yang berkilauan. Setiap detail pada pelana, tali kekang (bridle), dan hiasan kepala kuda (headstall) dirancang untuk memukau penonton.
Kereta yang ditarik pun tidak kalah penting. Kereta hias sering kali dibuat dengan ukiran kayu yang rumit, melambangkan cerita rakyat atau motif keagamaan setempat. Penarik kereta (joki atau kusir) mengenakan pakaian adat lengkap, menambah kesan formal dan sakral pada arak-arakan tersebut. Kecepatan pawai diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan penonton mengagumi detail hiasan tanpa terasa terburu-buru. Ritme yang tercipta dari derap langkah kuda yang serempak menambah suasana magis pertunjukan ini.
Dalam era modern yang didominasi oleh mesin, arak-arakan kuda berfungsi sebagai jangkar budaya yang mengingatkan masyarakat akan akar sejarah mereka. Sebelum mekanisasi meluas, kuda adalah mitra utama dalam pertanian, peperangan, dan perjalanan jarak jauh. Dengan mempertahankan tradisi arak-arakan, masyarakat secara aktif memelihara pengetahuan tentang seni beternak kuda, keterampilan membuat kereta, dan teknik penanganan hewan yang telah diwariskan turun-temurun.
Lebih dari sekadar tontonan visual, arak-arakan kuda sering kali melibatkan komunikasi non-verbal antara penarik dan hewan. Ini adalah pertunjukan kemitraan yang mendalam. Ketika sepasang kuda menarik kereta dengan sempurna di tengah sorak sorai penonton, itu bukan hanya hasil dari pelatihan keras, melainkan juga ikatan emosional yang terbangun. Kehadiran tradisi ini dalam perayaan kontemporer memastikan bahwa generasi muda dapat menyaksikan dan mengapresiasi hubungan historis manusia dengan salah satu hewan paling mulia ini. Keberlangsungan arak-arakan kuda adalah indikator vitalitas sebuah warisan budaya.