Apendisitis merupakan penyakit akibat terjadi peradangan pada usus buntu atau apendiks, sebuah kantung kecil yang menempel pada usus besar. Kondisi ini merupakan salah satu kegawatdaruratan bedah yang paling umum terjadi di seluruh dunia. Meskipun terlihat sepele, jika apendisitis tidak segera ditangani, peradangan ini dapat berkembang menjadi infeksi serius yang mengancam nyawa, seperti perforasi atau pecahnya usus buntu.
Apendiks adalah organ kecil yang terletak di perut kanan bawah. Meskipun fungsi pastinya masih diperdebatkan, banyak ilmuwan percaya bahwa organ ini mungkin berfungsi sebagai tempat penyimpanan bakteri baik (reservoir gut flora). Peradangan atau inflamasi pada apendiks inilah yang disebut apendisitis.
Penyebab utama terjadinya apendisitis adalah obstruksi atau penyumbatan pada lumen (rongga) apendiks. Penyumbatan ini sering kali disebabkan oleh feses yang mengeras (fecalith), pembesaran jaringan limfoid akibat infeksi virus, atau, dalam kasus yang jarang, oleh tumor. Ketika saluran keluar terhambat, bakteri yang secara alami ada di usus mulai berkembang biak dengan cepat, menyebabkan pembengkakan, penumpukan nanah, dan tekanan di dalam kantung apendiks. Tekanan ini menghambat aliran darah, memicu iskemia (kekurangan oksigen), dan akhirnya menyebabkan peradangan akut.
Gejala apendisitis biasanya berkembang dengan cepat, seringkali dalam waktu 12 hingga 24 jam. Gejala awalnya sering kali samar, namun dapat memburuk secara signifikan. Tanda pertama yang paling umum adalah nyeri perut yang berawal di sekitar pusar (umbilikus). Nyeri ini kemudian berpindah dan menetap di kuadran kanan bawah perut, yang dikenal sebagai titik McBurney.
Selain nyeri yang berpindah lokasi, pasien apendisitis sering mengalami beberapa gejala lain. Mual dan muntah biasanya menyertai nyeri perut. Pasien mungkin juga mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia). Demam ringan hingga sedang (biasanya di bawah 38.5°C) juga merupakan indikasi bahwa tubuh sedang melawan infeksi. Gangguan buang air besar, seperti konstipasi atau, terkadang, diare, juga bisa terjadi.
Sangat penting untuk dicatat bahwa tingkat keparahan nyeri seringkali meningkat seiring waktu. Nyeri akan memburuk saat bergerak, batuk, atau ketika area perut ditekan secara perlahan, kemudian dilepaskan cepat (rebound tenderness).
Karena diagnosis yang terlambat dapat menyebabkan komplikasi serius, dokter akan melakukan evaluasi cepat. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, riwayat gejala, dan tes laboratorium (seperti hitung darah lengkap untuk melihat peningkatan sel darah putih/leukositosis). Pencitraan medis seperti USG abdomen atau CT scan mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi peradangan dan menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain.
Satu-satunya pengobatan definitif untuk apendisitis adalah operasi pengangkatan usus buntu, yang dikenal sebagai apendektomi. Prosedur ini umumnya dilakukan melalui laparoskopi (bedah minimal invasif) yang memungkinkan pemulihan lebih cepat, meskipun apendektomi terbuka masih dilakukan tergantung kondisi pasien.
Penting bagi siapa pun yang mencurigai dirinya atau orang terdekat mengalami gejala apendisitis untuk segera mencari pertolongan medis darurat. Jangan pernah mencoba mengobati nyeri perut hebat dengan obat penghilang rasa sakit sebelum diagnosis ditegakkan, karena ini dapat menutupi gejala penting yang dibutuhkan dokter untuk membuat keputusan penanganan yang tepat.
Jika peradangan tidak segera diatasi, tekanan di dalam apendiks akan terus meningkat hingga dindingnya mati (nekrosis). Kondisi ini dapat menyebabkan perforasi atau pecahnya usus buntu. Ketika ini terjadi, isi usus yang mengandung bakteri akan tumpah ke rongga perut, menyebabkan peritonitis—infeksi serius pada lapisan perut. Peritonitis adalah kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan operasi darurat serta perawatan antibiotik intensif.