Apendisitis adalah gangguan sistem pencernaan yang disebabkan oleh peradangan pada apendiks, atau yang lebih dikenal sebagai usus buntu. Organ kecil berbentuk kantung yang menempel pada usus besar ini, meskipun fungsinya belum sepenuhnya dipahami, dapat menimbulkan masalah serius ketika meradang. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab paling umum dari nyeri perut akut yang memerlukan intervensi medis segera.
Apa Itu Apendisitis?
Apendisitis adalah keadaan darurat medis. Jika peradangan tidak ditangani dengan cepat, apendiks yang meradang dapat pecah (ruptur). Pecahnya usus buntu akan melepaskan bakteri dan nanah ke dalam rongga perut, menyebabkan kondisi yang jauh lebih berbahaya yang disebut peritonitis, suatu infeksi serius pada lapisan perut.
Penyebab Utama Terjadinya Peradangan
Penyebab paling umum dari apendisitis adalah obstruksi atau penyumbatan pada lumen (rongga) apendiks. Sumbatan ini sering kali terjadi akibat penumpukan materi keras seperti feses yang mengeras (disebut fecalith), pembesaran jaringan limfoid di dinding usus (sering terjadi setelah infeksi virus), atau, jarang terjadi, pertumbuhan tumor.
Ketika sumbatan terjadi, bakteri alami yang ada di usus akan terperangkap dan mulai berkembang biak dengan cepat di dalam kantung apendiks. Perkembangbiakan bakteri ini menyebabkan infeksi, pembengkakan, dan peradangan. Seiring waktu, tekanan di dalam apendiks meningkat, mengurangi aliran darah, dan jika tidak diatasi, dapat menyebabkan nekrosis (kematian jaringan) dan ruptur.
Mengenali Gejala Klinis
Gejala apendisitis bervariasi, namun beberapa tanda klasik perlu diwaspadai. Gejala awal yang paling sering dilaporkan adalah nyeri ringan di sekitar pusar yang kemudian secara bertahap berpindah dan menjadi lebih intens di kuadran kanan bawah perut. Area ini dikenal sebagai titik McBurney.
Selain nyeri perut yang memburuk seiring waktu, gejala lain yang menyertai antara lain:
- Hilangnya nafsu makan (anoreksia).
- Mual dan muntah.
- Demam ringan (biasanya di bawah 38.5°C).
- Perut terasa kembung atau sensitif saat disentuh (tenderness).
Penting untuk dicatat bahwa pada anak-anak atau lansia, gejala mungkin tidak selalu khas. Pada kasus ruptur, nyeri hebat mungkin sementara mereda karena tekanan berkurang, namun kemudian diikuti oleh nyeri hebat yang menyebar karena peritonitis.
Diagnosis dan Penanganan Medis
Diagnosis apendisitis umumnya didasarkan pada kombinasi riwayat gejala pasien, pemeriksaan fisik (termasuk palpasi perut), dan tes laboratorium (seperti hitung darah lengkap yang menunjukkan peningkatan sel darah putih). Dalam beberapa kasus, pencitraan seperti USG atau CT scan mungkin diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menyingkirkan kondisi lain.
Penanganan standar untuk apendisitis yang terkonfirmasi adalah tindakan pembedahan, yang dikenal sebagai apendektomi. Operasi ini dapat dilakukan secara konvensional (sayatan terbuka) atau laparoskopi (sayatan kecil menggunakan kamera). Apendektomi laparoskopi sering kali lebih disukai karena pemulihan yang lebih cepat dan bekas luka yang lebih kecil.
Prognosis dan Pencegahan
Jika didiagnosis dan dioperasi sebelum terjadi perforasi, prognosis untuk pasien apendisitis umumnya sangat baik. Pasien biasanya dapat pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu. Namun, jika apendisitis sudah pecah, prosedur operasi akan lebih kompleks, memerlukan pembersihan rongga perut dari infeksi, dan waktu pemulihan akan lebih lama.
Meskipun sulit dicegah secara spesifik karena sering dipicu oleh penyumbatan mendadak, menjaga kesehatan pencernaan secara umum—seperti mengonsumsi serat yang cukup dan memastikan hidrasi yang memadai—dapat membantu mengurangi risiko terbentuknya feses yang keras di saluran cerna.