Ayam Nanking adalah salah satu hidangan ayam yang sangat populer dalam kancah kuliner Tionghoa-Indonesia. Meskipun namanya mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, cita rasanya yang khas—perpaduan antara manis, asam, gurih, dan sedikit tekstur renyah—membuatnya menjadi favorit di berbagai acara keluarga hingga restoran.
Namun, apa sebenarnya Ayam Nanking itu? Apakah ia berasal langsung dari kota Nanjing di Tiongkok? Untuk memahaminya, kita perlu menyelami asal-usul, komposisi, dan bagaimana hidangan ini berevolusi di Nusantara.
Nama "Nanking" mengacu pada kota Nanjing (dulunya dikenal sebagai Nanking) di Provinsi Jiangsu, Tiongkok. Secara tradisional, masakan dari wilayah Jiangsu terkenal dengan keseimbangan rasa yang halus dan penggunaan bahan segar. Namun, penting untuk dicatat bahwa Ayam Nanking yang kita kenal di Indonesia seringkali merupakan adaptasi lokal dari hidangan Tionghoa yang dibawa oleh perantau.
Hidangan ini seringkali disajikan dalam acara perayaan atau jamuan makan karena penampilannya yang mencolok, terutama warna sausnya yang merah merona dan mengkilap. Di Tiongkok, hidangan serupa mungkin memiliki nama dan komposisi yang berbeda, tetapi inti dari masakan ini adalah ayam yang digoreng dan disiram saus kental berkarakter.
Ayam Nanking bukanlah sekadar ayam goreng biasa. Keunikannya terletak pada tiga elemen utama:
Daging ayam, biasanya bagian dada atau paha tanpa tulang, dipotong menjadi potongan yang seragam. Sebelum digoreng, ayam dilapisi adonan tepung khusus. Berbeda dengan ayam goreng tepung biasa, adonan Ayam Nanking seringkali mengandung sedikit tepung maizena atau tapioka untuk memberikan tekstur yang lebih renyah namun tetap ringan saat bertemu dengan saus panas.
Inilah jantung dari Ayam Nanking. Sausnya memiliki warna merah terang hingga merah tua yang menggoda. Komponen utama saus ini meliputi:
Saus ini dimasak hingga mengental dan mengkilap (glossy) berkat penggunaan larutan tepung maizena di akhir proses memasak. Kekentalan saus ini memastikan bahwa setiap potong ayam terlapisi sempurna.
Ayam Nanking tradisional sering disajikan bersama potongan sayuran yang ditumis sebentar atau direbus bersama saus. Sayuran ini berfungsi untuk memberikan kontras tekstur dan warna. Sayuran yang paling umum ditemukan adalah:
Popularitas Ayam Nanking di Indonesia dapat dikaitkan dengan kemampuannya memadukan selera lokal yang menyukai rasa manis dan gurih (mirip dengan konsep asam manis yang umum) dengan teknik memasak Tionghoa yang rapi.
Pertama, teksturnya sangat menarik. Konsistensi antara kerenyahan lapisan luar ayam yang segera melunak sedikit ketika terkena saus, menciptakan sensasi gigitan yang berlapis. Kedua, rasanya sangat seimbang. Rasa manis tidak mendominasi, karena segera diimbangi oleh keasaman cuka dan gurihnya kaldu. Ini menjadikannya hidangan yang ringan untuk disantap dalam porsi besar sekalipun.
Ayam Nanking biasanya disantap bersama nasi putih hangat. Kehadirannya di meja makan selalu menambah semarak, menjadi pilihan yang aman dan lezat bagi anak-anak hingga orang dewasa.
Meskipun terlihat rumit, Ayam Nanking bisa dibuat di rumah. Kunci utamanya adalah kontrol suhu saat menggoreng ayam dan keseimbangan rasa pada sausnya.
Singkatnya, Ayam Nanking adalah mahakarya kuliner adaptif. Ia membawa pengaruh Tiongkok klasik melalui teknik memasak, namun dengan sentuhan rasa yang disempurnakan untuk lidah Asia Tenggara. Ia bukan hanya sekadar ayam goreng; ia adalah perpaduan harmonis antara tekstur renyah dan saus manis asam yang memikat.