Ilustrasi: Proses pemulihan kandung kemih pasca kateterisasi.
Pemasangan dan pelepasan kateter urin merupakan prosedur medis yang sering dilakukan, terutama pada pasien yang menjalani operasi, mengalami retensi urin, atau dalam perawatan intensif. Meskipun kateterisasi membantu fungsi pembuangan urin sementara, pelepasan kateter seringkali diikuti oleh serangkaian gejala yang tidak nyaman, salah satunya adalah sensasi **anyang-anyangan** atau sering ingin buang air kecil (urgensi) dengan volume urin yang sedikit.
Gejala anyang-anyangan ini bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan kecemasan bagi pasien. Memahami penyebabnya adalah langkah pertama untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mempercepat pemulihan.
Kandung kemih adalah organ elastis yang berfungsi menyimpan urin hingga volume tertentu sebelum mengirimkan sinyal ke otak untuk berkemih. Kateter yang terpasang dalam waktu lama mengubah dinamika normal fungsi ini. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa sensasi anyang-anyangan muncul:
Uretra (saluran kencing) adalah jalur yang dilewati oleh selang kateter. Proses pemasukan dan penarikan kateter dapat menyebabkan trauma mekanis atau iritasi ringan pada dinding uretra dan leher kandung kemih. Dinding kandung kemih yang teriritasi menjadi lebih sensitif terhadap regangan, sehingga sinyal untuk berkemih dikirimkan meskipun volume urin di dalamnya masih sedikit. Inilah yang dirasakan sebagai anyang-anyangan.
Selama kateter terpasang, kandung kemih tidak perlu bekerja keras untuk mengosongkan diri; urin mengalir secara pasif. Ketika kateter dilepas, otot detrusor (otot dinding kandung kemih) perlu dilatih kembali untuk berkontraksi secara efektif dan mengatur sinyal sarafnya. Gangguan sementara pada komunikasi saraf ini seringkali menyebabkan overaktifitas kandung kemih, memicu urgensi.
Terkadang, sisa urin yang mungkin terperangkap sebentar saat pelepasan dapat memicu respons inflamasi ringan. Walaupun tidak selalu merupakan infeksi saluran kemih (ISK) penuh, adanya bakteri atau iritan lain di ujung uretra bisa meningkatkan gejala iritasi lokal.
Jika pasien terbiasa buang air kecil hanya melalui kateter, pola pengisian dan pengosongan kandung kemih menjadi terganggu. Setelah kateter dilepas, dibutuhkan waktu bagi tubuh untuk kembali ke pola berkemih yang alami dan teratur.
Jika sensasi anyang-anyangan ini ringan dan menghilang dalam beberapa hari, biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, jika berlanjut atau disertai demam, nyeri hebat, atau urin berbau, konsultasi medis sangat dianjurkan. Berikut adalah beberapa strategi penanganan mandiri yang dapat membantu:
Meskipun terasa ingin sering ke kamar mandi, hidrasi yang cukup sangat penting. Minum air putih yang banyak (bukan minuman asam atau berkafein) membantu "membilas" saluran kemih dari iritan potensial dan melancarkan aliran urin, mengurangi konsentrasi zat-zat yang mungkin menyebabkan iritasi lokal.
Ini adalah teknik utama untuk melatih kembali kandung kemih. Tujuannya adalah memperpanjang interval waktu antar buang air kecil secara bertahap:
Beberapa zat dapat meningkatkan iritasi pada kandung kemih yang sedang sensitif. Cobalah untuk membatasi atau menghindari sementara:
Kompres hangat di area perut bagian bawah dapat memberikan rasa nyaman dan membantu merelaksasi otot kandung kemih yang tegang. Dokter mungkin juga meresepkan obat antispasmodik ringan jika urgensi sangat mengganggu.
Normalnya, gejala anyang-anyangan ini akan membaik dalam waktu satu hingga dua minggu setelah pelepasan kateter seiring dengan pemulihan saraf dan otot. Namun, Anda harus segera mencari bantuan medis jika mengalami:
Pemulihan fungsi kemih setelah periode kateterisasi memerlukan kesabaran. Dengan perawatan yang tepat dan observasi terhadap pola berkemih, fungsi normal kandung kemih akan kembali.