Masa menyusui adalah periode emas bagi ibu dan bayi, namun seringkali diiringi dengan berbagai tantangan fisik. Salah satu keluhan yang cukup umum namun sering diabaikan adalah anyang-anyangan atau disuria (nyeri saat buang air kecil). Kondisi ini sangat mengganggu kenyamanan ibu dan secara tidak langsung bisa memengaruhi fokus ibu dalam merawat bayinya.
Anyang-anyangan adalah sensasi tidak nyaman, perih, atau rasa ingin terus buang air kecil meskipun urin yang keluar hanya sedikit. Pada ibu menyusui, gejala ini seringkali menjadi indikasi adanya infeksi saluran kemih (ISK).
Perubahan hormonal dan tuntutan fisik selama menyusui menciptakan lingkungan yang lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa faktor utama penyebab peningkatan risiko anyang-anyangan pada ibu menyusui meliputi:
Setelah melahirkan, kadar estrogen cenderung menurun drastis. Estrogen berperan penting dalam menjaga kelembaban dan kesehatan lapisan uretra dan vagina. Penurunan ini bisa membuat area tersebut lebih rentan terhadap bakteri yang naik ke saluran kemih.
Uterus yang perlahan kembali ke ukuran normal setelah persalinan, ditambah dengan tekanan dari bayi yang sering menyusu dan mungkin posisi duduk yang kurang ergonomis saat menyusui, dapat memberikan tekanan tambahan pada kandung kemih, memicu iritasi atau inkontinensia ringan yang sering disalahartikan sebagai gejala ISK.
Menyusui membutuhkan banyak cairan. Jika asupan air ibu tidak mencukupi, urin menjadi lebih pekat. Urin pekat dapat mengiritasi dinding kandung kemih dan memudahkan bakteri berkembang biak. Ibu sering lupa minum karena fokus pada kebutuhan bayi.
Terutama pada ibu yang baru melahirkan secara normal (perineum), kebersihan area genital menjadi sangat krusial. Bakteri dari feses atau lingkungan yang masuk ke uretra adalah penyebab utama ISK.
Kelelahan kronis akibat begadang merawat bayi dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu, sehingga tubuh lebih mudah diserang oleh infeksi bakteri.
Selain rasa perih saat buang air kecil, ibu menyusui yang mengalami anyang-anyangan perlu mewaspadai gejala penyerta berikut:
Minum air putih minimal 8-10 gelas sehari, atau lebih jika merasa sangat haus. Cairan yang cukup membantu "membilas" bakteri keluar dari saluran kemih. Jangan menahan kencing.
Selalu bersihkan area genital dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil atau besar. Segera ganti pembalut nifas atau celana dalam yang basah oleh keringat atau ASI.
Pastikan posisi duduk saat menyusui membuat perut tidak tertekan. Gunakan bantal menyusui yang memadai untuk menopang punggung dan perut agar tekanan pada kandung kemih berkurang.
Jangan mencoba mengobati sendiri dengan antibiotik yang tidak diresepkan. Dokter akan memilihkan antibiotik yang aman dan terbukti tidak banyak diekskresikan ke dalam ASI, seperti Amoxicillin atau beberapa jenis cephalosporin. Pengobatan yang cepat mencegah komplikasi seperti pielonefritis (infeksi ginjal).
Untuk sementara, hindari minuman yang dapat mengiritasi kandung kemih seperti kopi, teh berlebihan, minuman bersoda, dan makanan yang sangat pedas.
Anyang-anyangan memang mengganggu, namun ini adalah kondisi yang bisa diatasi. Dengan menjaga hidrasi, menjaga kebersihan, dan tidak ragu berkonsultasi dengan profesional kesehatan, ibu menyusui dapat melewati fase ini dengan lebih nyaman dan tetap fokus pada pertumbuhan buah hati.