Visualisasi abstrak batuan antrasit yang padat.
Batu bara merupakan salah satu sumber energi fosil tertua dan paling penting dalam sejarah peradaban industri. Dalam klasifikasi batuan sedimen organik ini, terdapat berbagai tingkatan berdasarkan kandungan karbon dan tingkat metamorfisme (pematangan) yang dialaminya. Salah satu tingkatan tertinggi dan paling berharga adalah antrasit. Banyak orang bertanya-tanya, antrasit termasuk jenis batuan apa? Jawabannya, antrasit adalah bentuk batubara paling matang.
Secara geologis, antrasit termasuk jenis batuan sedimen organik yang telah mengalami proses diagenesis dan metamorfosis tingkat tinggi. Proses ini melibatkan tekanan dan suhu luar biasa dari kerak bumi selama jutaan tahun, mengubah bahan organik (seperti sisa-sisa tumbuhan purba) menjadi material kaya karbon. Batuan ini berada pada puncak tangga peringkat batubara, di atas lignit, sub-bituminus, dan bituminus.
Karakteristik utama yang membedakan antrasit dari jenis batubara lainnya adalah kandungan karbonnya yang sangat tinggi, umumnya melebihi 86% (berdasarkan berat kering tanpa abu). Kandungan karbon yang tinggi ini memberikan beberapa sifat fisik yang khas:
Pembentukan antrasit memerlukan kondisi geologis yang ekstrem. Batubara bituminus (yang lebih umum) harus terkubur lebih dalam di bawah lapisan sedimen lain, atau terkena tekanan tektonik yang kuat (misalnya, di zona lipatan gunung). Peningkatan tekanan dan suhu ini memaksa molekul air, oksigen, dan hidrogen keluar dari struktur karbon. Semakin banyak zat non-karbon ini yang hilang, semakin tinggi tingkat kematangan batubara tersebut.
Karena tingkat volatilitasnya yang rendah, ketika dibakar, antrasit termasuk jenis batuan yang menghasilkan lebih sedikit asap, jelaga, dan polutan udara dibandingkan batubara bituminus. Ini menjadikannya bahan bakar yang sangat bersih (relatif terhadap batubara lain) namun juga lebih sulit untuk dinyalakan karena membutuhkan suhu awal yang lebih tinggi untuk memulai pembakaran.
Kandungan energi (nilai kalor) antrasit biasanya merupakan yang tertinggi di antara semua kelas batubara, mencapai 29 hingga 33 megajoule per kilogram (MJ/kg). Nilai kalor yang tinggi, dikombinasikan dengan pembakaran yang relatif bersih, memberikan antrasit beberapa aplikasi spesifik:
Meskipun keunggulannya jelas dalam hal efisiensi energi, ekstraksi dan penambangan antrasit termasuk jenis batuan yang seringkali lebih sulit dan mahal. Deposit antrasit cenderung lebih jarang dan sering terletak pada formasi geologi yang lebih dalam dan terlipat dibandingkan dengan cadangan batubara bituminus yang lebih dangkal.
Untuk memahami sepenuhnya mengapa antrasit termasuk jenis batuan yang istimewa, penting membandingkannya dengan batubara bituminus, yang merupakan kelas batubara paling umum digunakan di dunia. Batubara bituminus memiliki kandungan karbon sekitar 45-86% dan kandungan volatil yang signifikan. Ketika dibakar, batubara bituminus menghasilkan api yang lebih besar dan lebih banyak asap karena pelepasan gas volatil tersebut.
Sebaliknya, antrasit membakar dengan nyala api biru kecil yang hampir tidak terlihat, namun melepaskan panas yang sangat intens dan konstan. Secara fisik, ketika Anda memecahkan sepotong antrasit, permukaannya akan tampak lebih keras dan kurang rapuh dibandingkan batubara bituminus yang cenderung lebih berlapis-lapis (friable).
Kesimpulannya, eksplorasi geologi menunjukkan bahwa antrasit adalah puncak dari evolusi termal batubara. Antrasit termasuk jenis batuan sedimen organik yang telah mengalami metamorfosis terkuat, menghasilkan konsentrasi karbon tertinggi, menjadikannya bahan bakar premium dengan efisiensi pembakaran superior.