Ilustrasi: Kompleksitas citra diri dan kesehatan.
Anoreksia Nervosa adalah gangguan makan serius yang ditandai oleh pembatasan asupan makanan yang ekstrem, ketakutan intens terhadap penambahan berat badan, dan persepsi tubuh yang terdistorsi. Penderita sering kali memiliki berat badan di bawah normal namun merasa gemuk, yang mendorong mereka untuk terus mengurangi porsi makan, berolahraga berlebihan, atau bahkan menggunakan metode tidak sehat lainnya untuk menurunkan berat badan. Gangguan ini bukan sekadar pilihan gaya hidup atau keinginan untuk diet; ini adalah kondisi kesehatan mental yang berpotensi mengancam jiwa.
Kriteria utama diagnosis melibatkan berat badan yang sangat rendah, rasa takut yang kuat akan berat badan naik, dan gangguan dalam cara seseorang merasakan atau menilai berat badannya sendiri. Bagi penderitanya, nilai diri mereka sangat bergantung pada bentuk dan berat badan mereka, menciptakan siklus kepatuhan yang merusak kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh.
Penyebab pasti Anoreksia Nervosa bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi kompleks antara genetika, biologi, psikologi, dan pengaruh sosial. Dari sisi biologis, ada kecenderungan genetik yang membuat beberapa individu lebih rentan. Selain itu, ketidakseimbangan neurotransmiter di otak, yang memengaruhi suasana hati dan nafsu makan, juga memainkan peran signifikan.
Secara psikologis, penderita Anoreksia sering kali menunjukkan ciri kepribadian seperti perfeksionisme, kebutuhan kuat akan kontrol, kecemasan tinggi, dan kesulitan mengekspresikan emosi. Lingkungan sosial memainkan peran besar, terutama dalam budaya yang sangat menekankan standar kecantikan yang sangat kurus. Tekanan dari teman sebaya, pelecehan (bullying) terkait berat badan, atau paparan media yang mengagungkan kelangsingan ekstrem dapat menjadi pemicu awal bagi individu yang sudah rentan. Peristiwa traumatis atau stres berat juga sering dilaporkan mendahului onset gangguan ini.
Dampak fisik dari Anoreksia Nervosa dapat sangat merusak sistem tubuh. Ketika tubuh kekurangan nutrisi penting, ia mulai mematikan fungsi-fungsi non-esensial untuk menghemat energi. Salah satu tanda paling umum adalah amenore (berhentinya menstruasi pada wanita).
Risiko jangka panjang meliputi kerapuhan tulang (osteoporosis) karena kekurangan kalsium dan hormon estrogen, yang dapat menyebabkan patah tulang di kemudian hari. Jantung melemah karena ototnya kekurangan energi, meningkatkan risiko aritmia dan gagal jantung. Kulit menjadi kering dan pucat, rambut menipis, dan tubuh mungkin mulai menumbuhkan rambut halus (lanugo) sebagai upaya tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh yang hangat akibat hilangnya lapisan lemak isolasi. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit akibat upaya membersihkan diri (seperti laksatif) dapat menyebabkan kejang atau bahkan kematian mendadak.
Penanganan Anoreksia Nervosa memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter medis, ahli gizi, dan terapis kesehatan mental. Tahap pertama yang paling krusial adalah stabilisasi medis, memastikan pasien berada dalam kondisi fisik yang aman, terutama jika terjadi malnutrisi parah atau ketidakseimbangan elektrolit.
Terapi perilaku kognitif (CBT) dan Terapi Perilaku yang Dimodifikasi Keluarga (Maudsley Approach) sering digunakan untuk membantu pasien membangun kembali pola makan yang sehat, mengatasi pikiran irasional tentang berat badan dan makanan, serta memperbaiki hubungan interpersonal. Pemulihan adalah proses yang panjang dan seringkali melibatkan kemunduran. Dukungan keluarga yang penuh kasih dan pemahaman bahwa ini adalah penyakit, bukan kegagalan moral, sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang. Mencari bantuan profesional segera setelah gejala terdeteksi adalah langkah paling penting menuju pemulihan.