Antenatal Care (ANC) Menurut WHO

Kesehatan Ibu & Bayi

Visualisasi sederhana intervensi kesehatan ibu.

Antenatal Care (ANC) atau Perawatan Antenatal adalah serangkaian pelayanan kesehatan preventif dan kuratif yang diberikan kepada wanita selama masa kehamilan. Tujuannya esensial, yaitu memantau dan menjaga kesehatan ibu dan janin, mendeteksi komplikasi sedini mungkin, dan mempersiapkan proses persalinan yang aman.

Definisi dan Tujuan Utama ANC

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara konsisten menekankan pentingnya ANC sebagai komponen fundamental dari pelayanan kesehatan reproduksi dan maternal. WHO mendefinisikan ANC bukan sekadar kunjungan rutin, melainkan sebuah proses berkelanjutan yang bertujuan untuk:

Pedoman WHO mengenai ANC telah berevolusi seiring dengan perkembangan bukti ilmiah. Salah satu perubahan signifikan adalah transisi dari model kunjungan yang sangat sering menjadi model yang lebih berbasis risiko dan efisien, meskipun standar minimum tetap harus dipenuhi untuk memastikan kualitas perawatan.

Rekomendasi Kunjungan Minimum Menurut WHO

Model ANC yang direkomendasikan oleh WHO saat ini berfokus pada kualitas interaksi daripada kuantitas kunjungan semata. Rekomendasi standar minimum yang sering dirujuk adalah **minimal empat kali kunjungan ANC** untuk kehamilan berisiko rendah. Namun, penting untuk dicatat bahwa frekuensi ini bisa meningkat drastis jika terdeteksi adanya faktor risiko.

Empat interval kunci yang disarankan WHO meliputi:

  1. Kunjungan Pertama (Pemeriksaan Awal): Idealnya dilakukan sedini mungkin (sebelum usia kehamilan 12 minggu). Ini adalah kunjungan terpenting untuk konfirmasi kehamilan, skrining awal penyakit menular, penentuan status gizi, dan pemberian suplemen asam folat.
  2. Kunjungan Kedua: Dilakukan antara minggu ke-14 hingga ke-28. Fokus pada pemantauan pertumbuhan janin dan kondisi kesehatan ibu secara umum.
  3. Kunjungan Ketiga: Dilakukan antara minggu ke-28 hingga ke-36. Peningkatan pemantauan kondisi janin dan persiapan ibu mengenai tanda persalinan.
  4. Kunjungan Keempat: Dilakukan antara minggu ke-36 hingga kelahiran. Fokus akhir pada penentuan posisi janin dan rencana persalinan.

Dalam konteks Indonesia dan banyak negara berkembang, WHO mendorong sistem ANC yang lebih terstruktur, seringkali dengan target minimal enam kali kunjungan atau lebih, terutama jika adanya kekhawatiran spesifik atau komorbiditas pada ibu.

Komponen Kunci dalam Pelayanan ANC WHO

Pelayanan ANC yang komprehensif menurut kerangka kerja WHO harus mencakup beberapa komponen inti, yang sering disingkat sebagai 'package' layanan:

1. Deteksi dan Manajemen Risiko

Ini adalah inti dari ANC modern. Penyedia layanan harus secara sistematis menilai risiko ibu hamil, termasuk riwayat medis, riwayat obstetri sebelumnya, dan faktor sosial ekonomi. Jika risiko tinggi (misalnya, riwayat preeklampsia, diabetes gestasional, atau anemia berat), rencana perawatan intensif harus segera dibuat, mungkin melibatkan rujukan ke fasilitas yang lebih tinggi.

2. Promosi Kesehatan dan Pencegahan

Edukasi adalah pilar utama. Ibu hamil perlu mendapatkan informasi mengenai nutrisi adekuat (termasuk suplementasi zat besi dan asam folat), pentingnya istirahat, bahaya merokok dan alkohol, serta cara menjaga kebersihan diri.

3. Skrining dan Imunisasi

WHO merekomendasikan skrining wajib untuk kondisi-kondisi seperti Anemia (HB), penentuan golongan darah, infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV, sifilis, dan Hepatitis B, serta tes urin untuk mendeteksi proteinuria atau glukosuria. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) juga merupakan komponen standar untuk mencegah tetanus neonatorum.

4. Manajemen dan Pengobatan

Jika ditemukan masalah seperti anemia, hipertensi ringan, atau infeksi saluran kemih (ISK), pengobatan harus segera dimulai sesuai dengan panduan klinis yang diterima secara internasional.

Mengapa Kualitas Lebih Penting daripada Kuantitas?

WHO menekankan bahwa kunjungan ANC yang singkat tanpa komunikasi yang efektif dan tanpa pemeriksaan fisik yang memadai tidak memberikan manfaat optimal. Sebuah kunjungan berkualitas tinggi memungkinkan adanya dialog terbuka antara ibu dan tenaga kesehatan, membangun kepercayaan, dan memastikan ibu merasa didukung. Jika seorang ibu merasa dicemooh atau kurang mendapatkan informasi yang jelas, kemungkinan besar ia akan menunda atau menghindari kunjungan berikutnya.

Oleh karena itu, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan yang responsif gender dan peka budaya menjadi krusial dalam implementasi pedoman ANC WHO secara efektif di lapangan. Tujuannya akhir selalu sama: menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu serta bayi baru lahir.

🏠 Homepage