Memahami Tes Tarik Angkur (Anchor Pull-Out Test)

Keselamatan struktural dalam konstruksi, terutama pada elemen beton bertulang atau struktur pra-cetak, sangat bergantung pada integritas sambungan dan jangkar (angkur). Salah satu metode pengujian kritis untuk memverifikasi kekuatan jangkar yang terpasang adalah melalui Tes Tarik Angkur (dikenal juga sebagai Anchor Pull-Out Test atau Adhesion Test). Pengujian ini memastikan bahwa angkur telah terpasang dengan benar dan mampu menahan beban tarik yang telah ditetapkan sebelum beban layanan penuh diberikan.

Beton/Substrat Angkur F Tarik δ (Perpindahan)

Ilustrasi skematis Tes Tarik Angkur

Tujuan Utama Pengujian

Pengujian tarik angkur dilakukan bukan hanya untuk menentukan kekuatan maksimum, tetapi juga untuk memvalidasi asumsi desain yang dibuat oleh insinyur. Angkur dapat gagal dalam beberapa mode, dan pengujian ini membantu mengidentifikasi mode kegagalan mana yang paling mungkin terjadi pada kondisi pemasangan aktual.

Tujuan spesifik meliputi:

Metodologi Pelaksanaan Tes Tarik Angkur

Pelaksanaan tes ini harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar industri untuk memastikan hasil yang representatif dan dapat diandalkan. Prosedur umum melibatkan beberapa langkah kunci:

1. Persiapan Lokasi

Angkur yang akan diuji harus dipasang mengikuti instruksi pabrikan secara ketat. Hal ini mencakup dimensi pengeboran, penggunaan bahan kimia injeksi (epoksi/mortar), dan waktu pengerasan (curing time) yang dibutuhkan. Pengujian tidak boleh dilakukan sebelum masa curing selesai. Biasanya, pengujian dilakukan pada persentase tertentu dari total angkur terpasang, misalnya 3% atau sesuai persyaratan spesifikasi proyek.

2. Pemasangan Alat Pengujian

Sebuah alat penguji tarik hidrolik (tension testing device) dipasang pada angkur. Alat ini terdiri dari load cell atau hydraulic jack yang dihubungkan ke rangka penyangga yang berinteraksi dengan permukaan beton di sekitar angkur. Rangka penyangga ini berfungsi sebagai titik referensi reaksi (bearing surface) agar gaya tarik yang diberikan terpusat pada angkur, bukan pada beton di sekitarnya secara tidak merata.

3. Penerapan Beban

Beban diterapkan secara bertahap dan terkontrol. Kecepatan penerapan beban sangat penting. Standar umumnya mengatur bahwa gaya tarik harus ditingkatkan secara perlahan (misalnya, peningkatan 5 kN per menit) hingga mencapai beban uji yang ditentukan.

Ada dua jenis beban utama dalam pengujian ini:

  1. Beban Pengujian (Proof Load): Beban yang diterapkan untuk memverifikasi bahwa angkur berfungsi dengan baik dalam batas aman. Jika angkur lolos pada beban ini tanpa kegagalan atau pergeseran berlebihan, dianggap berhasil.
  2. Beban Maksimum/Kegagalan (Ultimate Load): Beban yang terus ditingkatkan hingga angkur mengalami kegagalan (tarik putus, slip masif, atau keruntuhan beton di sekitar angkur). Data ini digunakan untuk analisis mode kegagalan.

Interpretasi Hasil dan Mode Kegagalan

Hasil tes tarik angkur dicatat dalam bentuk grafik beban (Y-axis) terhadap pergeseran/perpindahan ($\delta$) (X-axis). Interpretasi hasil sangat bergantung pada mode kegagalan yang teramati:

Jika angkur yang diuji menunjukkan pergeseran yang signifikan pada beban di bawah beban uji yang disyaratkan, angkur tersebut dianggap gagal. Kegagalan ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kondisi pemasangan atau desain ulang sistem penjangkaran di area tersebut. Penggunaan data dari tes tarik angkur yang berhasil sangat penting untuk validasi desain struktural pasca-pemasangan.

🏠 Homepage