Teh hijau, yang berasal dari daun tanaman Camellia sinensis yang tidak melalui proses oksidasi signifikan, telah lama dihormati dalam budaya Asia. Namun, minat global terhadap teh hijau kini didorong oleh penelitian ilmiah yang ekstensif, terutama mengenai potensi manfaat kesehatannya, salah satunya adalah dalam konteks pencegahan dan terapi adjuvant kanker.
Kekuatan anti-kanker teh hijau terletak pada konsentrasi senyawa polifenol yang sangat tinggi, khususnya kelompok yang disebut katekin. Katekin yang paling melimpah dan paling aktif secara biologis adalah Epigallocatechin Gallate (EGCG). EGCG dianggap sebagai antioksidan paling kuat di antara semua katekin, berperan krusial dalam melindungi sel dari kerusakan oksidatif.
Kerusakan DNA akibat radikal bebas adalah salah satu pemicu utama mutasi seluler yang dapat berkembang menjadi kanker. Sifat antioksidan EGCG membantu menetralkan radikal bebas ini, memberikan lapisan perlindungan pertama bagi materi genetik sel.
Penelitian in vitro (laboratorium) dan studi pada hewan menunjukkan bahwa EGCG tidak hanya bertindak sebagai antioksidan, tetapi juga melalui beberapa jalur molekuler yang kompleks untuk melawan proliferasi sel kanker:
Salah satu ciri khas sel kanker adalah kemampuannya menghindari kematian sel alami atau apoptosis. Teh hijau terbukti dapat mengaktifkan jalur sinyal yang memaksa sel kanker untuk mengalami kematian terprogram. Ini seperti "memprogram ulang" sel agar kembali tunduk pada mekanisme alami tubuh untuk membersihkan sel yang rusak atau abnormal.
Tumor membutuhkan suplai darah baru untuk tumbuh besar dan bermetastasis (menyebar). Proses pembentukan pembuluh darah baru ini disebut angiogenesis. Studi menunjukkan bahwa senyawa dalam teh hijau dapat menghambat faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), molekul kunci yang dibutuhkan sel kanker untuk merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru. Jika suplai darah terhambat, pertumbuhan tumor akan melambat secara signifikan.
Teh hijau juga menunjukkan kemampuan untuk mengintervensi siklus sel kanker, mencegahnya membelah diri secara tidak terkontrol. Dengan mengganggu fase-fase siklus sel, teh hijau membantu menjaga keseimbangan antara pembelahan sel normal dan pertumbuhan sel ganas.
Meskipun data laboratorium sangat menjanjikan, hasil dari studi epidemiologi (observasional pada manusia) masih bervariasi, tergantung pada populasi, dosis konsumsi, dan jenis kanker yang diteliti.
Penting untuk ditekankan bahwa teh hijau adalah suplemen diet yang kaya manfaat, bukan pengganti pengobatan kanker konvensional. Konsumsi teh hijau harus dianggap sebagai bagian dari gaya hidup sehat yang seimbang, bukan sebagai obat tunggal. Untuk mendapatkan manfaat maksimal, disarankan untuk mengonsumsi teh hijau tanpa pemanis tambahan dan menghindari penggunaan kantong teh berkualitas rendah yang mungkin mengandung zat kimia tambahan.
Dosis ideal yang menunjukkan efek protektif seringkali tinggi (setara dengan 4 hingga 6 cangkir per hari). Namun, konsultasi dengan profesional kesehatan sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang sedang menjalani kemoterapi atau terapi radiasi, karena senyawa tertentu dalam teh hijau dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu.