Dalam dunia kicau mania, burung pungguk (sering disebut punglor) adalah salah satu primadona. Salah satu subspesies yang paling menarik perhatian adalah **punglor kembang** (*Zoothera varigata* atau varietas lokal lainnya). Meskipun para penghobi sering berfokus pada keindahan suara dan penampilan jantan, peran dan karakteristik **punglor kembang betina** tidak kalah penting, terutama bagi mereka yang berniat untuk menangkarkan atau sekadar memahami siklus hidup burung ini.
Perbedaan Morfologi dengan Jantan
Secara umum, membedakan jenis kelamin pada punglor kembang memang memerlukan ketelitian. Secara kasat mata, **punglor kembang betina** cenderung memiliki warna bulu yang sedikit lebih kusam dibandingkan pejantan yang seringkali memiliki kontras warna yang lebih tajam, terutama pada bagian dada dan kepala (tergantung varian lokalnya). Bulu betina seringkali didominasi warna cokelat zaitun yang lebih merata.
Ukuran tubuh betina juga seringkali sedikit lebih kecil atau ramping daripada jantan dewasa. Namun, perbedaan paling signifikan sering terlihat saat burung memasuki masa kawin. Pada beberapa spesies, betina menunjukkan corak samar di sekitar area kloaka, meskipun ini bukan indikator yang sepenuhnya bisa diandalkan tanpa pengamatan mendalam.
Peran Penting dalam Penangkaran
Jika tujuan Anda adalah mengembangbiakkan burung eksotis seperti punglor kembang, maka mendapatkan **punglor kembang betina** yang sehat dan subur adalah kunci utama. Betina yang baik memiliki beberapa kriteria:
- Kestabilan Mental: Betina yang tenang cenderung lebih mudah dalam proses penjodohan dan tidak mudah stres saat mengerami telur.
- Riwayat Pengeraman: Idealnya, betina memiliki riwayat pernah mengeram atau setidaknya menunjukkan insting membangun sarang yang kuat.
- Kondisi Fisik: Tidak ada cacat fisik, nafsu makan baik, dan bulu terlihat rapi.
Punglor kembang betina biasanya yang akan mengambil peran utama dalam pembangunan sarang. Mereka sangat teliti dalam memilih lokasi, seringkali di percabangan pohon yang tersembunyi atau di celah-celah rimbun. Pemilihan material sarang juga menjadi tanggung jawab utama sang betina.
Karakteristik Suara dan Tingkah Laku
Banyak penghobi sering terkejut ketika mengetahui bahwa **punglor kembang betina** juga mampu berkicau. Meskipun volume dan variasi lagunya tidak sefenomenal jantan—yang dikenal dengan irama merdu dan lantang—suara betina seringkali digunakan untuk komunikasi dalam koloni kecil atau saat memanggil anakannya. Kicauan betina cenderung lebih pendek, berupa siulan lembut atau isyarat peringatan.
Saat musim kawin tiba, perilaku betina akan berubah drastis. Mereka menjadi lebih aktif mencari makanan tambahan untuk menyimpan energi, dan menunjukkan perilaku "ngruji" atau merendah untuk menerima pejantan. Memahami fase ini sangat penting agar proses penjodohan berjalan mulus tanpa ada perlawanan fisik yang dapat melukai salah satu pihak.
Nutrisi Khusus untuk Betina Produktif
Kebutuhan nutrisi **punglor kembang betina**, terutama saat memasuki masa pra-produksi telur (pensiapan) dan selama mengerami, sangat berbeda dengan jantan. Betina membutuhkan asupan kalsium yang tinggi untuk pembentukan cangkang telur yang kuat, serta protein yang cukup untuk produksi kuning telur.
Pemberian pakan tambahan seperti serangga hidup (jangkrik, ulat hongkong dalam jumlah terkontrol) dan suplemen mineral menjadi keharusan. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan telur infertil, cangkang tipis, atau bahkan kasus kelumpuhan pasca-bertelur (egg binding) yang sangat berbahaya bagi betina. Memastikan suhu lingkungan yang stabil juga membantu mengurangi stres, yang bisa menghambat siklus reproduksi mereka. Dengan perawatan yang tepat, **punglor kembang betina** dapat menjadi aset berharga dalam upaya konservasi dan pengembangan jenis burung yang mempesona ini.