Kelahiran seorang bayi merupakan momen ajaib yang melibatkan serangkaian proses fisiologis luar biasa. Salah satu bagian krusial yang menyertai kelahiran tersebut adalah keluarnya penutup ari-ari, atau yang secara medis dikenal sebagai plasenta. Meskipun sering kali luput dari perhatian utama setelah bayi berhasil dilahirkan, proses dan penanganan ari-ari memiliki signifikansi besar, baik dari sisi medis maupun ritual budaya di berbagai belahan dunia.
Apa Itu Penutup Ari-Ari (Plasenta)?
Ari-ari adalah organ sementara yang tumbuh di rahim selama kehamilan. Fungsinya sangat vital: ia bertindak sebagai jembatan kehidupan, memasok nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin, serta membuang produk sisa metabolisme janin. Setelah bayi lahir, plasenta akan dikeluarkan, biasanya dalam waktu 5 hingga 30 menit setelah persalinan. Tahap ini disebut kala III persalinan.
Proses Medis Setelah Kelahiran
Setelah dikeluarkan, tenaga kesehatan akan memeriksa kondisi ari-ari secara menyeluruh. Pemeriksaan ini sangat penting untuk memastikan bahwa seluruh jaringan plasenta telah keluar dari rahim ibu. Sisa jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan perdarahan hebat pascapersalinan atau infeksi. Jika seluruhnya lengkap, dokter atau bidan akan memastikan kontraksi rahim berjalan normal untuk mencegah komplikasi.
Keputusan mengenai apa yang akan dilakukan terhadap sisa organ ini sangat beragam. Secara tradisional, di banyak rumah sakit, plasenta dianggap sebagai limbah medis. Oleh karena itu, ia akan dibuang sesuai protokol kesehatan yang berlaku. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, muncul tren baru yang memberikan pilihan berbeda bagi orang tua.
Tren Konsumsi dan Penguburan Ari-Ari
Tren yang paling menarik perhatian adalah enkapsulasi plasenta, atau konsumsi ari-ari oleh ibu dalam bentuk kapsul. Para pendukung mengklaim bahwa proses ini dapat membantu menyeimbangkan hormon pasca melahirkan, meningkatkan energi, meningkatkan produksi ASI, dan mengurangi risiko depresi pascapersalinan (baby blues). Meskipun banyak laporan anekdotal positif, perlu dicatat bahwa komunitas ilmiah medis belum menemukan bukti klinis kuat yang mendukung klaim kesehatan ini.
Di sisi lain, banyak budaya memiliki ritual penguburan ari-ari sebagai bentuk penghormatan terhadap "saudara kembar" bayi. Di Indonesia, praktik penguburan ini masih sangat lazim dilakukan. Ari-ari dicuci bersih, dibungkus dengan kain mori atau sejenisnya, lalu dikubur di pekarangan rumah, seringkali di bawah pohon tertentu seperti pohon pisang atau di depan rumah.
Makna Filosofis Penguburan
Penguburan penutup ari-ari bukan sekadar membuang sampah biologis. Dalam pandangan filosofis dan spiritual, ari-ari adalah simbol ikatan sejati antara ibu dan anak. Ia adalah organ yang menopang kehidupan di masa kritis. Menguburnya di tanah diyakini memiliki makna simbolis yang mendalam:
- Menanamkan Akar: Mengubur plasenta di halaman rumah diharapkan dapat menambatkan ikatan spiritual anak dengan rumah dan keluarganya.
- Menjaga Kehidupan: Di beberapa tradisi, hal ini diyakini akan memberikan keberuntungan dan perlindungan bagi anak seiring ia tumbuh dewasa.
- Siklus Kehidupan: Proses mengembalikan organ yang menopang kehidupan ke dalam bumi melambangkan siklus alamiah antara kehidupan, kematian, dan pembaharuan.
Keputusan mengenai penutup ari-ari, apakah akan dikonsumsi, dikremasi, atau dikubur, sepenuhnya bergantung pada kepercayaan, budaya, dan preferensi medis keluarga. Yang pasti, organ sederhana ini menyimpan jejak luar biasa dari sembilan bulan kehidupan janin di dalam rahim.
Apapun pilihan yang diambil, penting bagi ibu untuk mendiskusikan keinginan mereka mengenai penanganan plasenta dengan penyedia layanan kesehatan sejak awal masa kehamilan. Hal ini memastikan bahwa semua prosedur pascapersalinan dapat berjalan lancar sesuai harapan, menghormati baik kebutuhan medis maupun nilai personal yang melekat pada proses persalinan.