Ilustrasi kebutuhan pakan ayam broiler.
Ayam broiler, atau ayam pedaging, adalah tulang punggung industri peternakan unggas modern. Keberhasilan budidaya ayam broiler sangat bergantung pada satu faktor krusial: manajemen pakan. Pakan bukan hanya sekadar asupan harian; ia adalah investasi terbesar peternak, sering kali menyumbang 60% hingga 70% dari total biaya operasional. Oleh karena itu, memahami dan memenuhi kebutuhan pakan ayam broiler secara tepat adalah kunci untuk mencapai efisiensi pakan (FCR) yang baik dan memaksimalkan keuntungan.
Kebutuhan nutrisi ayam broiler berubah drastis seiring bertambahnya usia dan fase pertumbuhannya. Secara umum, pakan ayam broiler dibagi berdasarkan tahapan umur, yang dirancang untuk mendukung perkembangan organ, tulang, dan otot secara optimal.
Fase starter adalah periode paling kritis. Pada usia ini, organ pencernaan ayam masih sangat rentan dan belum sepenuhnya berkembang. Pakan starter harus memiliki kandungan protein tinggi (sekitar 22-24%) dan energi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan cepat dan perkembangan imunitas awal. Kualitas fisik pakan (ukuran krum) harus halus agar mudah dicerna oleh DOC (Day Old Chick).
Setelah fase starter, ayam memasuki fase grower. Kebutuhan protein mulai sedikit diturunkan (sekitar 20-22%) karena fokus bergeser dari pembentukan organ ke peningkatan bobot badan dan pembentukan massa otot. Pada fase ini, penyerapan nutrisi harus dimaksimalkan untuk mempersiapkan ayam memasuki fase akhir.
Fase finisher bertujuan memaksimalkan bobot panen dalam waktu singkat. Energi dalam pakan menjadi lebih dominan dibandingkan protein. Kandungan protein diturunkan (sekitar 18-20%). Pakan ini dirancang untuk memberikan energi maksimal agar ayam dapat mencapai target bobot sesuai standar pasar sebelum dipanen.
Selain tahapan umur, beberapa faktor lain sangat mempengaruhi berapa banyak dan jenis pakan yang dibutuhkan ayam:
Untuk mengendalikan biaya dan meningkatkan performa, peternak perlu menerapkan strategi pemberian pakan yang cermat. Pemberian pakan secara *ad libitum* (sepuasnya) sering dilakukan, namun monitoring jumlah konsumsi harian tetap penting.
Penting juga untuk memastikan bahwa semua ayam mendapatkan akses yang sama terhadap pakan. Densitas kandang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan persaingan, di mana ayam yang lebih lemah tidak mendapatkan pakan yang cukup, sehingga pertumbuhan menjadi tidak seragam.
Pemilihan jenis pakan juga harus disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya. Meskipun pakan komersial (formulated feed) menjamin keseimbangan nutrisi, beberapa peternak mungkin mencoba membuat pakan sendiri menggunakan bahan baku lokal. Jika memilih jalur ini, konsultasi dengan ahli nutrisi unggas sangat diperlukan untuk menghindari defisiensi atau kelebihan nutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan broiler. Mengelola kebutuhan pakan ayam broiler dengan akurat adalah seni sekaligus ilmu dalam dunia peternakan modern.