Jenis Obat Antipiretik dan Mekanisme Penurun Panas Tubuh

Suhu Tinggi P Antipiretik

Visualisasi sederhana mekanisme kerja obat antipiretik menurunkan suhu.

Demam atau pireksia adalah respons alami tubuh terhadap infeksi atau peradangan, di mana suhu inti tubuh meningkat di atas batas normal (umumnya di atas 38°C). Meskipun demam merupakan mekanisme pertahanan, suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketidaknyamanan signifikan dan bahkan berbahaya. Untuk mengatasinya, digunakanlah obat yang dikenal sebagai antipiretik.

Antipiretik bekerja dengan cara memengaruhi pusat pengatur suhu di otak, yaitu hipotalamus. Ketika tubuh mengalami infeksi, zat kimia yang disebut pirogen dilepaskan, yang kemudian memicu hipotalamus untuk menaikkan 'set-point' suhu tubuh. Obat antipiretik bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin, zat yang bertanggung jawab menaikkan set-point tersebut, sehingga memungkinkan tubuh melepaskan panas melalui mekanisme seperti berkeringat, yang akhirnya menurunkan suhu tubuh ke level normal.

Jenis Obat Antipiretik Utama

Meskipun banyak tersedia, obat antipiretik yang paling umum dan sering direkomendasikan terbagi menjadi beberapa kelas utama, berdasarkan komposisi kimia dan mekanisme kerjanya yang spesifik:

1. Parasetamol (Acetaminophen)

Parasetamol adalah salah satu obat penurun panas dan pereda nyeri yang paling populer dan aman bila digunakan sesuai dosis. Ia bekerja secara sentral (di otak) untuk menghambat sintesis prostaglandin. Keunggulan parasetamol adalah risiko iritasi lambung yang sangat rendah, menjadikannya pilihan utama untuk anak-anak, ibu hamil (atas rekomendasi dokter), dan orang dengan masalah pencernaan.

2. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)

Golongan OAINS mencakup beberapa obat yang sangat efektif sebagai antipiretik, analgesik (pereda nyeri), dan juga antiinflamasi (anti-radang). Obat dalam golongan ini bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) di seluruh tubuh.

A. Ibuprofen

Ibuprofen adalah OAINS yang sangat umum digunakan. Selain menurunkan demam, ia juga efektif mengurangi rasa sakit dan peradangan. Ibuprofen cenderung lebih kuat dalam meredakan peradangan dibandingkan Parasetamol.

B. Asam Asetilsalisilat (Aspirin)

Aspirin adalah OAINS tertua dan bekerja efektif sebagai penurun panas. Namun, penggunaannya pada anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun yang menderita infeksi virus tertentu (terutama cacar air atau influenza) harus dihindari total karena risiko Sindrom Reye, suatu kondisi serius yang dapat merusak otak dan hati.

C. Asam Mefenamat

Meskipun sering digunakan untuk nyeri haid atau nyeri ringan hingga sedang, asam mefenamat juga memiliki efek antipiretik. Seperti OAINS lainnya, ia bekerja melalui penghambatan prostaglandin.

Memilih Antipiretik yang Tepat

Pemilihan jenis obat antipiretik harus didasarkan pada usia pasien, kondisi kesehatan yang mendasarinya, dan tingkat keparahan demam.

  1. Untuk Dewasa: Parasetamol dan Ibuprofen sering menjadi pilihan lini pertama karena efektivitas dan ketersediaannya.
  2. Untuk Anak-anak: Parasetamol dan Ibuprofen adalah pilihan utama. Harus dipastikan dosis dihitung berdasarkan berat badan anak, bukan hanya berdasarkan usia. Penggunaan Aspirin pada anak harus dihindari kecuali diinstruksikan secara spesifik oleh dokter.
  3. Jika Ada Peradangan: Jika demam disertai peradangan signifikan (misalnya, radang tenggorokan parah), OAINS seperti Ibuprofen mungkin lebih disarankan karena efek anti-inflamasinya.

Penting untuk selalu membaca petunjuk dosis pada kemasan dan tidak mengonsumsi dua jenis obat yang mengandung zat aktif yang sama secara bersamaan (misalnya, Parasetamol dan obat flu yang juga mengandung Parasetamol) untuk menghindari overdosis. Jika demam tidak kunjung turun setelah tiga hari penggunaan obat sesuai dosis, atau jika disertai gejala berat lainnya seperti kaku leher atau sesak napas, konsultasi medis wajib segera dilakukan.

🏠 Homepage