Antibodi monoklonal (jenis jenis antibodi monoklonal) merupakan salah satu inovasi terbesar dalam bidang bioteknologi dan kedokteran modern. Diciptakan untuk meniru antibodi alami yang diproduksi oleh sistem imun, antibodi ini dirancang secara spesifik untuk mengikat target molekuler tertentu—seperti protein pada permukaan sel kanker atau sitokin penyebab inflamasi. Keunggulannya terletak pada presisi yang tinggi, memungkinkan terapi yang lebih terarah dengan efek samping yang cenderung lebih sedikit dibandingkan terapi konvensional.
Visualisasi sederhana mekanisme pengikatan antibodi monoklonal pada sel target.
Klasifikasi Utama Antibodi Monoklonal
Seiring perkembangan teknologi, jenis jenis antibodi monoklonal telah berevolusi untuk mengurangi risiko penolakan imun (imunogenisitas) saat diberikan kepada pasien. Klasifikasi utama didasarkan pada asal susunan genetiknya:
1. Antibodi Murni Tikus (Murine Antibodies)
Ini adalah antibodi monoklonal pertama yang dihasilkan. Seluruh struktur antibodi (baik rantai ringan maupun rantai berat) sepenuhnya berasal dari tikus. Meskipun sangat efektif dalam penelitian awal, penggunaannya pada manusia terbatas karena sistem imun manusia cenderung mengenali fragmen protein tikus ini sebagai benda asing, memicu respons imun yang kuat.
2. Kimera (Chimeric Antibodies)
Antibodi kimera dikembangkan sebagai peningkatan dari antibodi murni tikus. Struktur ini terdiri dari bagian variabel (yang spesifik mengikat antigen) yang berasal dari tikus, sementara bagian konstan (Fc region) yang berfungsi untuk memicu efek biologis, diambil dari manusia. Karena mayoritas antibodi manusia, risiko imunogenisitasnya lebih rendah daripada antibodi tikus murni. Contoh klasiknya adalah Rituximab.
3. Humanisasi (Humanized Antibodies)
Antibodi humanisasi membawa desain lebih lanjut. Dalam jenis ini, hanya bagian kecil yang sangat esensial untuk pengikatan spesifik (Complementarity Determining Regions/CDRs) yang berasal dari tikus. Sisanya, yaitu kerangka utama, sepenuhnya berasal dari antibodi manusia. Ini secara signifikan mengurangi kemungkinan tubuh manusia menolaknya, membuat terapi lebih aman dan efektif untuk penggunaan jangka panjang. Contoh terkenal termasuk Trastuzumab dan Adalimumab.
4. Manusia Sepenuhnya (Fully Human Antibodies)
Ini adalah jenis yang paling ideal dan paling canggih. Seluruh struktur antibodi, dari ujung pengikat antigen hingga ujung konstan, sepenuhnya dikodekan oleh gen manusia. Antibodi ini dihasilkan menggunakan teknologi transgenik (seperti tikus transgenik yang memiliki gen antibodi manusia) atau teknik faga display. Karena hampir tidak ada komponen non-manusia, risikonya untuk memicu respons imun hampir nihil. Contohnya adalah Golimumab.
Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Aksi
Selain berdasarkan asal-usulnya, jenis jenis antibodi monoklonal juga dikategorikan berdasarkan target dan fungsi yang mereka lakukan dalam tubuh:
- Antibodi Penargetan Sitokin (Cytokine Blockers): Bertujuan menetralkan molekul sinyal inflamasi (sitokin) seperti TNF-alfa atau IL-6. Banyak digunakan dalam pengobatan penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis dan penyakit Crohn.
- Antibodi Penargetan Reseptor (Receptor Blockers): Bekerja dengan memblokir reseptor pada permukaan sel, mencegah sinyal pertumbuhan atau aktivasi. Contohnya adalah Trastuzumab yang memblokir reseptor HER2 pada beberapa jenis kanker payudara.
- Antibodi Konjugasi Obat (Antibody-Drug Conjugates/ADCs): Ini adalah "rudal pintar". Antibodi dihubungkan secara kimiawi dengan obat kemoterapi yang sangat kuat. Antibodi bertindak sebagai pemandu yang memastikan obat dilepaskan langsung di lokasi sel kanker, meminimalkan kerusakan pada jaringan sehat.
- Antibodi Penginduksi Apoptosis (Apoptosis Inducers): Dirancang untuk secara langsung memicu kematian terprogram (apoptosis) pada sel target, biasanya sel kanker yang over-ekspresif pada antigen tertentu.
- Antibodi Pemblokir Titik Periksa (Checkpoint Inhibitors): Revolusioner dalam imunoterapi kanker. Antibodi ini memblokir "rem" alami sistem imun (seperti PD-1 atau CTLA-4) yang digunakan sel kanker untuk bersembunyi, sehingga mengaktifkan kembali sel T pasien untuk menyerang tumor.
Pemahaman mendalam mengenai jenis jenis antibodi monoklonal sangat krusial dalam pengembangan terapi presisi. Perbedaan dalam desain—dari tikus murni hingga manusia sepenuhnya—menentukan bagaimana tubuh pasien merespons, yang pada akhirnya berdampak langsung pada efikasi dan keamanan pengobatan. Teknologi ini terus berkembang, menjanjikan masa depan pengobatan yang lebih personal dan efektif untuk berbagai penyakit kompleks.