Panduan Lengkap Jenis Antipiretik

Demam merupakan respons alami tubuh terhadap infeksi atau peradangan. Meskipun demam seringkali tidak berbahaya, suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketidaknyamanan signifikan dan bahkan komplikasi. Untuk meredakan gejala ini, digunakanlah obat yang dikenal sebagai antipiretik. Memahami berbagai jenis antipiretik sangat penting untuk penggunaan yang tepat dan aman.

Antipiretik bekerja dengan cara memengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus otak, menurunkan "set point" suhu tubuh yang dinaikkan akibat adanya pirogen (zat yang memicu demam). Meskipun fungsinya sama, mekanisme kerja, potensi efek samping, dan aplikasinya berbeda antar golongan.

Ilustrasi termometer dan tablet obat 39°C FEVER P I

Golongan Utama Jenis Antipiretik

Secara umum, obat-obatan yang berfungsi sebagai antipiretik dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori utama berdasarkan komposisi kimia dan mekanisme kerjanya. Dua kategori yang paling sering digunakan adalah turunan asam salisilat dan turunan asam propionat, selain parasetamol yang sering dianggap golongan tersendiri karena profil keamanannya yang luas.

1. Parasetamol (Acetaminophen)

Parasetamol adalah salah satu obat antipiretik dan analgesik (pereda nyeri) yang paling umum dan aman bila digunakan sesuai dosis. Meskipun klasifikasinya kadang diperdebatkan, parasetamol efektif dalam menurunkan demam dan nyeri ringan hingga sedang.

2. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)

NSAID adalah kelompok luas obat yang memiliki efek antipiretik, analgesik, dan antiinflamasi. NSAID bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX), yang bertanggung jawab memproduksi prostaglandin.

a. Turunan Asam Salisilat (Contoh: Aspirin/Asam Asetilsalisilat)

Aspirin adalah salah satu NSAID tertua. Selain menurunkan demam, aspirin juga memiliki efek antiplatelet (pengencer darah) yang signifikan.

b. Turunan Asam Propionat (Contoh: Ibuprofen dan Naproxen)

Ibuprofen sangat populer karena keseimbangan antara efek antipiretik, analgesik, dan antiinflamasi yang baik, serta efek samping lambung yang cenderung lebih ringan daripada Aspirin pada dosis standar.

c. Turunan Asam Asetat (Contoh: Diklofenak)

Meskipun lebih sering digunakan untuk kondisi inflamasi muskuloskeletal, Diklofenak juga memiliki efek antipiretik yang kuat.

3. Obat Lain yang Memiliki Efek Antipiretik Sekunder

Beberapa obat lain mungkin menunjukkan penurunan suhu sebagai efek samping atau dalam kombinasi formulasi, meskipun peran utamanya bukan sebagai agen antipiretik utama. Contohnya adalah Metamizole (Dipyrone), yang sangat efektif tetapi penggunaannya dibatasi di beberapa negara karena risiko agranulositosis (penurunan sel darah putih).

Memilih Jenis Antipiretik yang Tepat

Pemilihan jenis antipiretik sangat bergantung pada usia pasien, kondisi kesehatan yang mendasari, dan apakah ada komponen nyeri atau peradangan yang menyertai demam.

  1. Untuk Dewasa: Parasetamol dan Ibuprofen sering menjadi pilihan pertama karena efektivitas dan ketersediaannya.
  2. Untuk Anak-Anak: Parasetamol dan Ibuprofen (sesuai dosis berat badan) adalah pilihan utama. Aspirin harus dihindari sama sekali.
  3. Jika Ada Riwayat Maag/Gastrointestinal: Parasetamol lebih dianjurkan daripada NSAID.
  4. Jika Perlu Efek Anti-inflamasi Kuat: NSAID seperti Ibuprofen lebih unggul daripada Parasetamol.

Penting untuk diingat bahwa antipiretik hanya mengatasi gejala demam, bukan penyebab dasarnya. Jika demam tinggi menetap lebih dari 48 jam, atau disertai gejala berat lain, konsultasi medis wajib dilakukan. Penggunaan obat harus selalu mengikuti petunjuk dokter atau apoteker.

🏠 Homepage