Transportasi darat memegang peranan krusial dalam mobilitas manusia dan distribusi barang di banyak negara, termasuk Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan infrastruktur yang terus berkembang, moda angkutan darat menjadi tulang punggung konektivitas antar wilayah, baik di perkotaan maupun antar kota. Berdasarkan medianya, angkutan darat dapat dibagi menjadi dua kategori besar: angkutan yang menggunakan jalan raya dan angkutan yang menggunakan jalur rel. Memahami jenis angkutan darat ini penting untuk mengetahui efisiensi, kapasitas, dan regulasi yang berlaku.
Angkutan jalan raya adalah jenis transportasi yang paling fleksibel dan tersebar luas. Fleksibilitas ini muncul karena jaringannya yang merata, mencakup jalan tol, jalan nasional, hingga jalan lingkungan. Angkutan jalan raya melayani penumpang dan barang dengan berbagai skala.
Ini mencakup semua kendaraan yang dirancang untuk mengangkut orang. Perkembangannya sangat pesat seiring dengan peningkatan kebutuhan mobilitas harian.
Angkutan barang menggunakan truk adalah metode utama distribusi logistik "last mile" dan "first mile". Jenis truk bervariasi sesuai muatan dan jarak tempuh:
Angkutan rel, atau kereta api, dikenal karena efisiensinya dalam mengangkut beban yang sangat berat atau jumlah penumpang yang sangat masif dalam jarak jauh. Keunggulan utama kereta api adalah kapasitas angkut yang tinggi dan minimnya dampak kemacetan di jalan raya.
Di Indonesia, kereta api penumpang melayani dua segmen utama:
Kereta barang sangat penting untuk efisiensi rantai pasok nasional. Mereka umumnya digunakan untuk mengangkut komoditas massal seperti batubara, bijih besi, semen, atau peti kemas. Mengalihkan muatan barang dari truk ke kereta api terbukti mampu mengurangi kerusakan jalan akibat beban berlebih dan menekan biaya logistik secara keseluruhan. Misalnya, peran kereta api dalam mengangkut hasil tambang ke pelabuhan sangat signifikan.
Meskipun beragam, jenis angkutan darat ini menghadapi tantangan serupa, terutama di Indonesia. Kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan kebutuhan akan perawatan infrastruktur yang berkelanjutan menjadi isu utama. Pengembangan transportasi darat masa depan akan sangat bergantung pada integrasi antarmoda—misalnya, menghubungkan stasiun kereta api dengan terminal bus atau halte MRT/LRT secara mulus—serta adopsi teknologi hijau. Peningkatan penggunaan kendaraan listrik (baik roda dua maupun empat) dan optimalisasi rute logistik melalui digitalisasi adalah langkah kunci untuk menciptakan sistem angkutan darat yang lebih efisien dan ramah lingkungan di masa mendatang.