Ilustrasi konseptual materi dan antimateri.
Antimateri. Kata ini seringkali memunculkan citra fiksi ilmiah—bahan bakar untuk pesawat luar angkasa super cepat atau senjata pemusnah massal. Namun, di luar batas fiksi, antimateri adalah realitas fisika fundamental. Pertanyaan yang lebih menarik dan sering diajukan adalah: Berapa harga antimateri? Jawabannya jauh lebih kompleks daripada sekadar angka di kalkulator. Harga antimateri saat ini berada di antara nilai astronomis dan praktis tak ternilai.
Secara sederhana, antimateri adalah cerminan sempurna dari materi biasa. Untuk setiap partikel materi (seperti elektron atau proton), ada partikel anti-materi yang memiliki massa yang sama tetapi muatan listrik berlawanan (positron untuk elektron, antiproton untuk proton). Ketika materi dan antimateri bertemu, mereka saling memusnahkan dalam sebuah proses yang disebut anihilasi, melepaskan energi murni dalam jumlah yang sangat besar sesuai dengan persamaan terkenal Einstein, E=mc².
Karena potensi energinya yang luar biasa besar, ilmuwan sangat tertarik untuk memproduksi dan menyimpannya. Namun, produksi antimateri bukanlah hal yang mudah. Ia tidak ditemukan melimpah di alam semesta terdekat kita; sebagian besar harus dibuat di laboratorium menggunakan akselerator partikel berenergi tinggi, seperti yang ada di CERN.
Jika kita harus menentukan harga antimateri berdasarkan biaya produksi saat ini, angkanya akan melonjak tinggi. Ada beberapa faktor utama yang mendorong biaya ini menjadi sangat ekstrem:
Pada tahun 1999, NASA pernah melakukan studi konseptual mengenai potensi biaya jika mereka harus memproduksi dan menyimpan antimateri untuk misi luar angkasa. Perkiraan mereka untuk satu gram antiproton menembus angka yang sulit dipercaya: sekitar $62,5 triliun dolar AS (atau setara dengan Rp 980 kuadriliun saat ini, dengan kurs yang sangat tinggi).
Angka fantastis ini menjadikan antimateri sebagai zat paling mahal yang diketahui manusia, jauh melampaui berlian atau isotop langka lainnya. Penting untuk dicatat, angka $62,5 triliun ini lebih merupakan estimasi biaya infrastruktur dan energi yang dibutuhkan untuk memproduksi jumlah sekecil itu, bukan harga jual aktual di pasar terbuka—karena pasar itu belum ada.
Meskipun harga antimateri tampak menghalangi, nilai sebenarnya terletak pada potensinya. Salah satu aplikasi yang paling banyak dibicarakan adalah dalam propulsi antariksa. Anihilasi materi-antimateri menawarkan efisiensi energi yang tak tertandingi. Satu kilogram antimateri yang bereaksi dengan satu kilogram materi akan melepaskan energi yang cukup untuk mengirimkan pesawat luar angkasa menuju Mars hanya dalam beberapa minggu, bukan bulan.
Di bidang medis, positron emission tomography (PET scan) sudah menggunakan antimateri (positron) dalam skala kecil untuk diagnosis. Para ilmuwan juga sedang menjajaki penggunaan antiproton untuk terapi kanker, karena kemampuan mereka untuk melepaskan energi terfokus di dalam jaringan tumor.
Saat ini, CERN dan fasilitas lain hanya mampu memproduksi antipartikel dalam jumlah yang sangat, sangat kecil—biasanya hanya beberapa nanogram atau bahkan kurang dalam setahun. Produksi ini dilakukan demi penelitian fundamental, bukan komersial.
Agar harga antimateri menjadi lebih terjangkau—atau setidaknya, dapat diproduksi dalam skala yang lebih besar—diperlukan terobosan revolusioner dalam teknologi akselerator partikel. Mungkin di masa depan, dengan energi fusi yang lebih efisien atau penemuan sumber antimateri alami (jika ada), kita bisa melihat biaya turun. Namun, untuk saat ini, antimateri tetap menjadi substansi yang langka, misterius, dan tak terbayangkan mahalnya.
Singkatnya, meskipun kita belum bisa membeli antimateri di toko, memahami biaya produksinya memberi kita gambaran tentang betapa langka dan kuatnya materi anti-alam semesta ini.