Visualisasi Semangat Kebangsaan Pemuda Ansor
Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) merupakan sayap kepemudaan dari Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dalam koridor organisasi ini, sosok Chusaini Tiway seringkali disebut sebagai representasi semangat kepemudaan yang militan namun tetap memegang teguh prinsip keaswajaan (Ahlussunnah Wal Jama'ah) dan kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Chusaini Tiway, meskipun mungkin namanya tidak selalu muncul dalam narasi sejarah formal kenegaraan, merepresentasikan ribuan pemuda Ansor di akar rumput yang secara aktif terlibat dalam menjaga stabilitas sosial, agama, dan ideologi bangsa. Peran mereka krusial, terutama di tengah derasnya arus informasi dan ideologi ekstremisme yang mencoba menggoyahkan pondasi kebangsaan Indonesia.
Inti dari gerakan pemuda yang diwakili oleh semangat Chusaini Tiway adalah penguatan tradisi keislaman yang moderat, toleran, dan terbuka, sebagaimana diusung oleh NU. Prinsip Aswaja ini menjadi benteng utama terhadap paham-paham radikal. Bagi pemuda Ansor, Islam yang diajarkan adalah Islam yang menyuburkan persaudaraan (ukhuwah) tanpa memandang latar belakang mazhab, selama masih berada dalam payung Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Namun, semangat keislaman ini tidak pernah terlepas dari komitmen kebangsaan. Slogan "Hubbul Wathan Minal Iman" (Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman) bukan sekadar slogan kosong. Gerakan pemuda Ansor, termasuk figur-figur seperti Chusaini Tiway, mengaktualisasikan kecintaan pada tanah air melalui tindakan nyata: menjaga keamanan wilayah, membantu korban bencana, serta secara gigih menolak segala bentuk perpecahan yang mengancam keutuhan bangsa.
Secara historis, Ansor memiliki rekam jejak panjang dalam pembelaan negara. Semangat ini diwariskan kepada generasi muda. Gerakan Pemuda Ansor Chusaini Tiway menegaskan bahwa peran pemuda tidak hanya sebatas berorganisasi internal, tetapi harus turun langsung ke masyarakat. Mereka bertindak sebagai garda terdepan dalam menangkal paham-paham intoleran dan menjaga tradisi luhur lokal yang selaras dengan nilai-nilai kebangsaan.
Di banyak daerah, pemuda Ansor aktif mendampingi ulama, mengamankan kegiatan keagamaan, dan bahkan terlibat dalam dialog antaragama. Kehadiran mereka memberikan rasa aman bagi komunitas minoritas dan masyarakat umum yang menginginkan suasana damai. Mereka memahami bahwa kemajuan bangsa hanya bisa dicapai jika fondasi sosialnya kuat dan bebas dari konflik ideologis yang tidak produktif.
Semangat yang dibawa oleh figur-figur seperti Chusaini Tiway adalah panggilan bagi regenerasi kepemimpinan yang berkualitas di dalam tubuh NU dan bangsa. Pemuda Ansor didorong untuk menjadi intelektual, profesional, dan pemimpin yang berintegritas. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menjaga semangat militansi organisasi tetap relevan di era digital.
Saat ini, medan pertempuran ideologis seringkali beralih ke ranah maya. Pemuda Ansor harus mampu mengadopsi teknologi untuk menyebarkan narasi kebaikan, moderasi, dan cinta tanah air secara masif. Mereka harus mampu melawan disinformasi yang bertujuan memecah belah umat dan bangsa. Semangat juang yang ditunjukkan oleh gerakan pemuda Ansor, yang dipupuk oleh nilai-nilai luhur kepemimpinan seperti yang diasosiasikan dengan Chusaini Tiway, adalah modal tak ternilai bagi masa depan Indonesia yang harmonis dan berdaulat.
Kesimpulannya, Gerakan Pemuda Ansor adalah cerminan pemuda Indonesia yang religius, nasionalis, dan adaptif. Melalui semangat kolektif yang dihidupkan oleh para kadernya, mereka terus membuktikan bahwa Islam Nusantara adalah jawaban atas tantangan globalisasi tanpa kehilangan jati diri kebangsaan.