Burung kacer kembang, atau sering disebut juga Kacer Jawa atau Kacer Poci, merupakan salah satu primadona di kalangan penggemar burung kicau di Indonesia. Daya tarik utamanya terletak pada posturnya yang elegan, warna bulu yang kontras antara hitam legam di kepala dan punggung dengan warna putih bersih pada bagian dada dan perut, serta tentu saja, kemampuan vokalnya yang luar biasa. Meskipun namanya mengandung kata "kembang", burung ini bukanlah subspesies baru, melainkan merujuk pada salah satu jenis kacer yang paling populer dan banyak dicari.
Secara alami, habitat asli burung kacer kembang meliputi wilayah Jawa, Bali, dan sebagian Sumatera. Mereka cenderung menyukai daerah terbuka dengan pepohonan yang tersebar, seperti pinggiran hutan, persawahan, atau bahkan area perkotaan yang masih memiliki banyak ruang hijau. Adaptabilitas ini membuatnya relatif mudah ditemukan, namun upaya konservasi tetap penting mengingat perburuan liar untuk memenuhi permintaan pasar kicau yang tinggi.
Ilustrasi sederhana burung kacer kembang yang gagah.
Hal yang membuat kacer kembang sangat diminati adalah kemampuannya menirukan suara burung lain dengan sangat baik. Mereka dikenal memiliki variasi irama dan nada yang luas, mulai dari cicitan yang tajam hingga suara tembakan yang keras dan lantang. Kualitas gacor (rajin berkicau) sangat bergantung pada sesi rawatan hariannya. Pemilik yang sukses biasanya mampu membuat kacer kembangnya mengeluarkan isian yang beragam, menjadikannya pemenang di arena lomba.
Memilih kacer yang berpotensi baik memerlukan ketelitian. Selain postur tubuh yang proporsional—seperti sayap yang rapat, ekor panjang, dan pandangan mata yang cerdas—faktor mental sangatlah krusial. Kacer yang memiliki sifat fighter cenderung lebih tahan banting saat menghadapi kompetisi dengan burung lain.
Merawat kacer kembang membutuhkan konsistensi. Kunci utamanya terletak pada tiga pilar utama: pemberian pakan, mandi, dan penjemuran.
Pakan dan Voer: Makanan utama adalah voer berkualitas tinggi. Namun, untuk menjaga stamina dan kualitas suara, kacer sangat memerlukan asupan serangga hidup seperti jangkrik, ulat hongkong, atau kroto (terutama saat masa mabung atau persiapan lomba). Pemberian serangga harus disesuaikan agar tidak menyebabkan kegemukan.
Mandi dan Jemur: Mandi membantu menjaga kebersihan bulu dan merangsang burung agar mau berkicau. Frekuensi mandi bisa disesuaikan dengan cuaca; di musim panas, kacer mungkin lebih suka mandi setiap hari. Setelah mandi, penjemuran sangat penting untuk mengeringkan bulu dan memicu metabolisme burung. Sinar matahari pagi adalah sumber vitamin D alami terbaik bagi mereka.
Kondisi Sangkar: Sangkar harus bersih dan ditempatkan di lokasi yang tenang namun tetap memungkinkan interaksi visual dengan lingkungan (agar burung tidak merasa terisolasi, tetapi juga tidak terlalu ramai hingga stres). Jarak antar sangkar perlu diperhatikan, terutama saat melatih mental agar tidak saling "salim" (saling memamerkan suara) yang bisa membuat mereka kelelahan sebelum waktunya.
Salah satu tantangan terbesar adalah saat burung mengalami stres atau macet bunyi. Hal ini sering disebabkan oleh perubahan lingkungan mendadak, perawatan yang tidak konsisten, atau over-handling. Jika kacer kembang Anda tiba-tiba berhenti berkicau atau hanya mengeluarkan suara monoton, langkah pertama adalah mengembalikan rutinitas perawatan seperti biasa. Pengasingan sementara di tempat yang tenang juga sering direkomendasikan.
Selain itu, perawatan bulu juga vital. Proses mabung (ganti bulu) adalah fase kritis di mana burung membutuhkan nutrisi ekstra dan istirahat total dari hiruk pikuk lomba. Jangan memaksakan burung berkicau saat sedang mabung karena dapat mengganggu proses pertumbuhan bulu baru dan berpotensi menyebabkan cacat bulu permanen. Dengan kesabaran dan perhatian yang tepat, burung kacer kembang akan menunjukkan performa dan keindahan vokalnya yang sejati, memuaskan setiap penggemarnya.