Membongkar Isu: Mengapa Bulu Ayam Broiler Berwarna?

Ayam

Industri peternakan ayam broiler modern adalah mesin efisiensi pangan global. Ayam-ayam ini dibiakkan untuk tumbuh cepat dan menghasilkan daging berkualitas tinggi dalam waktu singkat. Namun, seringkali muncul pertanyaan atau bahkan kekhawatiran di kalangan konsumen awam mengenai kondisi fisik ayam, khususnya mengenai warna bulu. Ketika kita berbicara tentang bulu ayam broiler berwarna, seringkali terjadi kesalahpahaman antara warna bulu alami ayam dengan isu-isu kesehatan atau kontaminasi pakan.

Karakteristik Genetik dan Warna Bulu

Secara genetik, ayam broiler komersial saat ini—terutama galur yang dominan digunakan secara global—adalah keturunan dari ayam jenis Cornish Cross. Ayam ini secara alami memiliki kecenderungan untuk memiliki bulu berwarna putih. Warna putih ini sangat disukai dalam industri karena alasan kepraktisan dan estetika pasar. Ketika ayam disembelih, sisa folikel bulu yang gelap (hitik) pada kulit ayam berkulit putih dapat terlihat dan dianggap kurang menarik oleh konsumen, meskipun secara mikrobiologis tidak berbahaya.

Lalu, mengapa kadang kita melihat ayam broiler dengan sisa bulu ayam broiler berwarna yang tidak putih? Jawabannya terletak pada variasi genetik kecil, stres lingkungan, atau bahkan sisa proses pencabutan bulu (plucking) yang tidak sempurna. Meskipun mayoritas galur putih, industri juga menggunakan ayam berwarna untuk tujuan spesifik, terutama di pasar yang lebih menyukai ayam kampung atau ayam ras pedaging berwarna yang dianggap lebih 'tradisional' atau menawarkan tekstur daging yang sedikit berbeda.

Mitos vs. Realitas Warna Bulu

Salah satu mitos terbesar adalah bahwa ayam broiler yang memiliki sedikit warna pada bulunya (misalnya bintik kuning atau cokelat muda) menandakan bahwa mereka telah diberi hormon pertumbuhan atau pakan yang tidak aman. Ini adalah klaim yang sepenuhnya tidak berdasar. Hormon pertumbuhan dilarang digunakan pada unggas di banyak negara, termasuk Indonesia, dan warna bulu sepenuhnya dikendalikan oleh genetika ayam yang dipilih oleh pemulia ternak.

Jika Anda melihat bulu yang tampak kotor atau memiliki warna yang tidak biasa (misalnya kekuningan atau kecoklatan), ini biasanya berkaitan dengan kebersihan kandang atau interaksi ayam dengan alas kandang (litter) yang basah atau kotor. Misalnya, kotoran atau sisa lumpur yang menempel pada bulu yang baru tumbuh bisa memberikan ilusi warna yang berbeda.

Peran Pencabutan Bulu (Plucking)

Proses pasca-penyembelihan sangat menentukan penampilan akhir produk. Setelah proses pemanasan (scalding), bulu dicabut menggunakan mesin yang memiliki jari-jari karet. Pada ayam broiler putih, sisa-sisa folikel yang gelap (dikenal sebagai 'pin feathers') seringkali menjadi perhatian. Namun, pada ayam yang memiliki gen warna gelap (seperti ayam kampung atau beberapa galur broiler yang tidak murni putih), folikel bulu itu sendiri berwarna gelap. Jika proses pencabutan kurang optimal, sisa bulu atau folikel yang tertinggal mungkin memiliki pigmen warna, sehingga yang tampak adalah bulu ayam broiler berwarna gelap atau bintik-bintik.

Mengapa Warna Putih Menjadi Standar?

Keunggulan utama ayam broiler putih adalah konsistensi. Warna putih memudahkan inspeksi visual oleh petugas sanitasi dan menghilangkan kekhawatiran konsumen tentang pigmen yang tidak diinginkan pada kulit daging saat dijual. Ayam dengan bulu putih memiliki kulit yang lebih 'bersih' secara visual setelah dicabut bulunya. Ini adalah preferensi pasar yang dibangun selama puluhan tahun, bukan indikator kualitas atau keamanan pangan yang intrinsik.

Intinya, baik ayam broiler putih maupun yang sesekali menunjukkan variasi bulu ayam broiler berwarna, selama dipelihara di fasilitas yang memenuhi standar Good Manufacturing Practice (GMP) dan diuji secara berkala, kualitas dagingnya tetap aman untuk dikonsumsi. Warna bulu, dalam konteks broiler komersial, lebih merupakan masalah estetika pasar daripada masalah keamanan pangan yang memerlukan investigasi mendalam.

Kesimpulan

Perbedaan warna pada bulu ayam broiler sebagian besar adalah hasil dari variasi genetik yang tidak sepenuhnya tereliminasi atau residu dari lingkungan pemeliharaan. Konsumen perlu membedakan antara genetika bawaan ayam dengan praktik budidaya yang buruk. Fokus utama dalam memilih ayam broiler yang baik seharusnya tertuju pada kesegaran, bau, tekstur daging, dan sertifikasi kehalalan/keamanan pangan, bukan semata-mata pada ketiadaan warna pada bulu.

🏠 Homepage